Mohon tunggu...
Levina Litaay
Levina Litaay Mohon Tunggu... Insinyur - Simple, smart, sportive

Community base development, complex problem solving, event organizer

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Air Batang dan Air Tapta, Sumber Mata Air di Rumdai Pulau Nila

11 Januari 2024   16:10 Diperbarui: 12 Januari 2024   10:59 819
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
“Air Batang” Lakotani di wilayah Kampung Kuralele Pulau Nila Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku Tahun 2020 (dokumentasi Buce Serpara)

Air Batang dan Air Tapta: Sumber Mata Air di Rumdai Pulau Vulkanik Nila

Kepulauan Teon Nila Serua (TNS) yang merupakan untaian pulau–pulau kecil berpenguni di tengah Laut Banda adalah Pulau Gunung Api (Volcano Island ) atau pada beberapa tulisan disebut Mount Teun/Teon, Mount Nila atau Mount Serua.

Mungkin terpikir oleh pembaca bagaimana sumber air atau mata air pada pulau-pulau gunung api tersebut? Bisakah dengan mudah kita mengebor tanah untuk mendapatkan sumber mata air? Sementara pulau kecil tersebut adalah sebuah gunung api aktif tipe A menurut tabulasi data sebaran gunung api di Indonesia pada laman esdm.co.id.

Berada dalam lintasan 

ring of fire sebagaimana sudah penulis ungkapkan dalam judul tulisan “Mengenal Pulau Gunung Api Teon Nila Serua” maka Provinsi Maluku memiliki begitu banyak hal yang “unik” yang merupakan rahmat Sang Pencipta.


Kepulauan Teon Nila Serua yang berada dibawah wilayah Administrasi Pemerintahan Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku, merupakan rangkaian pulau terjauh dari pusat Kabupaten Maluku Tengah. Pembaca dapat menyimak pada peta Provinsi Maluku yang diterbitkan oleh BIG (Badan Informasi Geospasial) di bawah ini. Bupati dan Kantor Pemerintahan Kabupaten Maluku Tengah berkedudukan di Kota Masohi Pulau Seram.

Peta Provinsi Maluku (Sumber : BIG)
Peta Provinsi Maluku (Sumber : BIG)

Jika pulau gunung api berpenghuni bagaimana kebutuhan air terpenuhi di pulau gunung api tersebut?.

Di Pulau Nila ada 7 kampung adat yaitu Kuralele, Kokroman, Ameth, Usliapan, Bumey, Sifluru dan Wotay. Bagaimana warga memenuhi kebutuhan hidup dengan sumber mata air di pulau kecil yang belum memiliki infrastruktur PDAM dan bahkan terisisolasi di tengah laut terdalam di Indonesia?.

Namun kali ini penulis hanya mengemukakann sumber mata air di Rumdai Pulau Nila. Kawasan Rumdai Pulau Nila adalah wilayah adat yang meliputi hanya 4 kampung adat yaitu Kampung Adat Kuralele, Kokroman, Ameth dan Usliapan. Disebut Rumdai karena marga penghuni pulau tersebut sesuai penuturun warga, nenek moyangnya berasal dari Pulau Romang dan Pulau Dai.

Pulau Dai adalah asal marga keluarga MARANTIKA dan Pulau Romang adalah asal marga LAKOTANI. Kedua Pulau Dai dan Pulau Romang saat ini merupakan bagian dari Kabupaten Maluku Barat Daya Provinsi Maluku.

Adapun setelah dipisahkan dari Kecamatan Banda Kabupaten Maluku Tengah pada tahun 1962 maka Kecamatan Teon Nila Serua (TNS) Kepulauan memiliki ibukota atau pusat pemerintahan berada di Rumdai tepatnya di Kampung Usliapan.

Pada tahun 1978 akibat ancaman Gunung Api Lawarkawra di Pulau Nila maka penduduk pada ketiga pulau Teon Nila Serua dievakuasi ke wilayah Waipia Pulau Seram.

Secara berkala masyarakat TNS mengunjungi ketiga pulau tersebut untuk melakukan aktivitas perekonomian seperti memanen hasil kabong (kebun), mencari ikan atau mengusahakan hasil perikanan dan aktivitas lainnya seperti membangun rumah ibadah, rekreasi keluarga, menjaga dan merawat pulau dan lain-lain

AIR BATANG dan AIR TAPTA

Yang menarik dari ketiga Pulau Gunung Api Teon Nila dan Serua, hanya Pulau Nila yang mempunyai sumber mata air “terbaik” di Rumdai yang tidak pernah kering dan oleh warga disebut AIR BATANG dan AIR TAPTA.

Ada dua AIR BATANG yaitu berada pada petuanan milik marga Keluarga Lakotani dan marga Keluarga Marantika sehinga di sebut Air Batang Lakotani dan Air Batang Marantika.

Tanah ulayat/petuanan merupakan hubungan abadi yang dipunyai manusia atas tanah. Pengertian hak ulayat utamanya berkenaan dengan hubungan hukum antara masyarakat hukum adat dengan tanah dalam lingkungan wilayahnya. Itulah sebabnya maka nama air batang sesuai keberadaan sumber air di Petuanan Keluarga Marantika dan Keluarga Lakotani.

“Air Batang” Marantika Kampung Kuralele Pulau Nila Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku Tahun 2020 (dokumentasi Buce Serpara)
“Air Batang” Marantika Kampung Kuralele Pulau Nila Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku Tahun 2020 (dokumentasi Buce Serpara)

Tampak pada foto adanya pemasangan pipa dari sumber mata Air Batang Marantika ke rumah warga. Berbeda dengan mata Air Batang Lakotani maka Air Batang Marantika telah dibuat atap senk penutup di bagian atasnya.

Adapun aktivitas yang membutuhkan air di peroleh dari kedua air batang ini. Tetapi lagi-lagi yang menjadi unik bahwa sumber air ini mengalirkan air dalam suhu yang panas. Airnya bukan dalam suhu kamar. Maklum ini adalah pulau gunung api.

Baru saja di bulan Oktober 2023 dilakukan peletakan batu alas pembangunan gedung Gereja Prostestan Maluku (GPM) Laharoi Jemaat Bumey-Sifluru yang dipimpin oleh Ketua Klasis Masohi Pdt Adriana Lohy/N, STh.

Penulis sempat bertanya kepada salah satu warga Rumdai yang mengikuti acara tersebut yaitu Sammy Sarioa bahwa ketika acara peletakan batu alas dan kebetulan musim panas maka warga Kampung Sifluru menggunakan speedboat mengambil air dari Rumdai atau yang dimaksud dari sumber air batang.

Satu-satunya bak air berukuran besar di Rumdai yaitu berada di tengah Dusun Snurta Kampung Kokroman dengan ukuran 3m x 3m x 1,5m. Bak besar berbentuk bujur sangkar ini merupakan tempat penampungan air dari sumber air yang disebut warga AIR TAPTA.

Nampak pada bak tersebut ada beberapa pipa terpasang disertai keran air sehingga warga dapat mengambil air atau juga melakukan penyambungan ke rumah terdekat dengan selang air. Misal jika hendak mengisi air pada Polindes Snurta maka di gelar selang kurang lebih 100 meter karena jarak bak air ke Polindes kurang lebih 80 meter.

Pengelolaan sumber air di Rumdai adalah sebagai berikut Air Tapta dialirkan dengan pipa ke rumah warga di Dusun Snurta (Kokroman) dan juga ke Dusun Lawona (Ameth). Di samping itu Air Tapta juga di alirkan ke bak penampungan besar di tengah dusun Snurta seperti pada video.

Sedangkan kedua Air Batang Marantika dan Air Batang Lakotani dialirkan dengan pipa ke Dusun Teritutnu (Kuralele), Dusun Terluli (Kuralele), Dusun Tutmoru (Usliapan), Dusun Wusu (Usliapan), Dusun Er eratrai (Usliapan).

Bak Air dari Sumber Air Tapta di Dusun Snurta Kampung Kokroman Pulau Nila di tengah Laut Banda (video: Buce Serpara)

Keren sekali hal ini sangat berbeda jika dibandingkan dengan Pulau Teon dan Pulau Serua dimana sumber mata air bersih yang optimal tidak mudah didapatkan.

Masih ingatkan tulisan penulis pada edisi Kompasiana 22 Maret 2022 dengan judul “Aer Pusaka, Air Sumber Kehidupan di Mesa Pulau Teon”. Di Pulau Teon banyak mengunakan air hujan dan air laut, untuk minum warga di Mesa mengambil air di sebuah perigi/sumur di Pantai Air.

Sedangkan di Pulau Serua juga sama banyak dibangun bak penampungan air hujan dan aktivitas lainya di lakukan di Air Kak’na. Air Kak’na adalah sumber air payau di tepian pantai yang dalam sebutan orang Maluku disebut “aer salobar”. 

PELUANG DIOPTIMALKAN

Ternyata sumber air di Pulau Gunung Api Nila sangatlah terberkati dengan tersedianya sejumlah mata air baik dari Air Batang Marantika, Air Batang Lakotani dan Air Tapta. Semua sumber air ini sudah dapat dialirkan bagi warga di setiap dusun di kampung-kampung Rumdai yaitu Kampung Kuralele, Kampung Kokroman, Kampung Ameth dan Kampung Usliapan.

Dengan melihat kondisi geologis pulau gunung api maka sumber air atau mata air tersebut merupakan air panas/hangat alamiah. Hal ini bisa memberi peluang dioptimalkan menjadi tempat spa/sauna jika di ketiga pulau di kembangkan menjadi volcano tourism berbasis komunitas. Paling tidak para turis ‘diving’ dengan rute forgotten islands bisa turun dari liveaboard/cruise untuk berinteraksi dengan masyarakat TNS Kepulauan dan bisa menggunakan bilik spa atau sauna air panas di Pulau Nila. Belum lagi dengan keunikan lainnya Air Kak’na yang akan penulis ungkap pada tulisan berikutnya.

Di samping itu pengolahan hasil alam seperti inasua--produk fermentasi ikan, ikan asin, asinan pala, asinan mangga atau olahan lainnya dan membutuhkan air bersih sudah tersedia di Rumdai Pulau Nila. Tuhan memberkati Pulau Nila!

#KampungNelayan #UMKMKomunitas #SDGs-6 #CleanWater #VolcanoIsland #BandaSea #VolcanoTourism

Levina Litaay (Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Ikatan Keluarga Besar Teon Nila Serua)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun