Mohon tunggu...
Lestari Ayu Sumbodro
Lestari Ayu Sumbodro Mohon Tunggu... Institut Pariwisata Trisakti

Mahasiswa Institut Pariwisata Trisakti dengan minat pada pariwisata, budaya, dan pengembangan destinasi. Aktif menulis mengenai pengalaman wisata, tren industri pariwisata, serta isu-isu sosial yang berkaitan dengan hospitality.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Tol Getaci: Jalan Panjang Menuju Kebangkitan Pariwisata Priangan Timur

19 September 2025   13:42 Diperbarui: 19 September 2025   13:42 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika mendengar kabar bahwa Tol Getaci akan menjadi tol terpanjang di Indonesia, banyak orang mungkin langsung membayangkan lancarnya perjalanan dari Bandung menuju Tasikmalaya hingga Cilacap. Namun, bagi saya, isu yang lebih menarik justru bagaimana tol ini bisa menjadi game changer bagi sektor pariwisata di Jawa Barat bagian selatan, khususnya Priangan Timur.

Selama ini, kawasan seperti Pangandaran, Tasikmalaya, dan Cilacap dikenal memiliki pesona alam luar biasa. Pangandaran dengan pantainya yang menawan, Tasikmalaya dengan potensi wisata religi dan kerajinan batiknya, serta Cilacap yang terkenal dengan Benteng Pendem maupun keindahan pantai selatannya. Sayangnya, keterbatasan akses membuat banyak wisatawan berpikir dua kali untuk datang. Perjalanan panjang yang melelahkan sering menjadi alasan utama.

Dengan hadirnya Tol Getaci yang membentang lebih dari 206 kilometer, harapan itu seolah menemukan jalannya. Bayangkan saja, waktu tempuh Bandung--Pangandaran yang biasanya bisa lebih dari enam jam, nantinya bisa terpangkas drastis. Jika akses semakin mudah, maka daerah-daerah yang selama ini dianggap "jauh" bisa terasa lebih dekat, dan ini menjadi peluang emas bagi kebangkitan pariwisata lokal.

Menurut Aswin Kosotali, Kepala Bank Indonesia Perwakilan Tasikmalaya, kehadiran tol ini bukan hanya urusan infrastruktur, melainkan juga peluang strategis bagi perekonomian daerah. "Jalan Tol Getaci akan menjadi jembatan bagi Priangan Timur dalam menghubungkan antarwilayah, mendorong investasi, serta membuka potensi pengembangan sektor pariwisata. Namun, semua ini harus diiringi dengan persiapan matang, agar manfaatnya tidak hanya dirasakan jangka pendek, tetapi juga berkelanjutan bagi masyarakat lokal," jelasnya.

Kutipan ini sejalan dengan apa yang sudah lama saya rasakan: bahwa pariwisata bukan hanya soal destinasi, tetapi juga soal akses. Ketika akses mudah, roda ekonomi lokal pun ikut bergerak. UMKM kuliner bisa kebanjiran pesanan, penginapan kecil atau homestay bisa penuh tamu, hingga pedagang kaki lima di kawasan wisata pun berkesempatan mendapatkan penghasilan tambahan.

Data dari Dinas Pariwisata Jawa Barat tahun 2023 mencatat bahwa jumlah wisatawan yang datang ke Pangandaran mencapai lebih dari 4 juta orang per tahun. Angka ini bahkan tercapai meskipun akses transportasi masih terbatas. Bayangkan, dengan adanya tol, jumlah kunjungan bisa melonjak jauh lebih tinggi. Hal serupa juga berlaku bagi Tasikmalaya, yang kini sedang mengembangkan potensi wisata budaya dan religi.

Namun, tentu tidak ada pembangunan tanpa tantangan. Lonjakan pengunjung bisa menimbulkan masalah baru seperti kemacetan di area wisata, meningkatnya volume sampah, hingga risiko kerusakan lingkungan. Kita bisa belajar dari kasus beberapa destinasi populer di Indonesia yang kewalahan menampung wisatawan sehingga mengalami penurunan kualitas lingkungan. Di titik inilah peran pemerintah daerah, pelaku usaha, dan masyarakat setempat benar-benar diuji: apakah siap menyambut peluang besar yang datang bersama Tol Getaci?

Saya percaya, keberhasilan tol ini dalam mengangkat pariwisata tidak hanya ditentukan oleh panjangnya jalan beton, tetapi juga oleh kesiapan ekosistem pariwisata yang menyertainya. Pemerintah daerah perlu menyiapkan tata kelola wisata yang berkelanjutan, termasuk penataan transportasi lokal, manajemen sampah, hingga pelatihan masyarakat untuk menyambut wisatawan.

Di sisi lain, mahasiswa dan generasi muda juga punya peran penting. Misalnya dengan berkontribusi lewat ide-ide kreatif: membuat aplikasi pemandu wisata, mengembangkan konten promosi digital, hingga menginisiasi gerakan sadar lingkungan di kawasan wisata. Jika anak muda ikut bergerak, pariwisata Priangan Timur bisa berkembang tanpa kehilangan jati dirinya.

Pada akhirnya, pembangunan Tol Getaci bukan sekadar soal memperpendek jarak. Lebih jauh dari itu, ia membuka jalan untuk memperluas jangkauan pariwisata, memperkenalkan budaya lokal, sekaligus memperkuat ekonomi masyarakat. Jika dikelola dengan bijak, Getaci bisa menjadi simbol bagaimana infrastruktur mampu menghidupkan kembali denyut pariwisata Jawa Barat dan sekitarnya.

Sebagai mahasiswa yang tumbuh di era ketika infrastruktur berkembang begitu cepat, saya merasa optimis sekaligus memiliki tanggung jawab moral. Optimis karena tol ini membuka banyak peluang baru, dan bertanggung jawab karena kita semua harus ikut memastikan bahwa pembangunan tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga menyejahterakan masyarakat lokal dan menjaga kelestarian lingkungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun