Mohon tunggu...
Lestari Zulkarnain
Lestari Zulkarnain Mohon Tunggu... Guru - Berusaha menjadi lebih baik di setiap moment dalam hidup.

Menulis itu menyenangkan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jimat Perdagangan

14 November 2022   11:56 Diperbarui: 14 November 2022   21:00 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Bah, nyong ka durung meteng maning ya, Bah, nyong pingin duwe anak," ucap Srinten. Wajahnya tampak sedih. 

"Sabar, Ten. Sing penting awake dewek subur," jawab Mang Kartam menenangkan. Tak berapa lama mereka terbelalak dan saling pandang, keduanya saling memanggil.

"Abah!" panggil Srinten.

"Srinten!" panggil Abah.

Mereka menangis ingat perjanjian yang mereka lakukan dengan Mbah Subur beberapa tahun lalu, bahwa mereka tidak dapat memiliki anak ketika telah menggunakan jimat pesugihan. Tangis keduanya pecah.

Mereka merasa tidak bahagia, tidak nyaman, tidak tenang meski kehidupan mereka bergelimang harta. Setelah berpikir keras, akhirnya mereka memutuskan untuk kembali ke Mbah Subur. 

"Mbah, kayong nyong wis cukup sakmene bae, nyong pingin duwe anak maning, Mbah," ucap Mang Kartam kepada Mbah Subur. 

"Ora bisa, perjanjian ora bisa dibatalna," jawab Mbah Subur.

"Tapi, Mbah, percuma nyong sugih dunya tapi ora duwe anak," Srinten menimpali.

"Mbiyen kowen wis setuju perjanjiane kaya kuwe, trus miki pan dibatalna iku ora bisa. Ari pan dibatalna, mengko ana akibate maring kowen dewek."

Srinten dan Mang Kartam saling pandang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun