Mohon tunggu...
Lestari Zulkarnain
Lestari Zulkarnain Mohon Tunggu... Guru - Berusaha menjadi lebih baik di setiap moment dalam hidup.

Menulis itu menyenangkan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Blokir Saja!

11 November 2022   22:06 Diperbarui: 11 November 2022   22:13 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Berawal dari sebuah pertemanan di media sosial. 

Permintaan pertemanan masuk di notifikasi facebook milikku. Awalnya tidak aku hiraukan karena pertemananku sudah full sehingga tidak dapat menambahnya. 

Setelah beberapa hari ternyata pertemananku berkurang, mungkin ada yang unfriend. Akhirnya iseng menambah pertemanan yang ada di list permintaan teman. Tak sengaja aku menambahkan seseorang dengan permintaan pertemanan terbaru. Ia bernama Mohmed Salim. Pasti seorang Muslim. 

Kemudian aku tambahkan kembali teman-teman yang sekiranya mempunyai profil baik. 

Baru saja aku menambah pertemanan dengan Salim, ia langsung mengirim message di messangerku.

[Hi] begitu isinya. Singkat, padat dan kurang jelas, hahaha.

Aku tidak lantas menjawabnya. Beberapa hari kemudian, ia mengirim pesan padaku kembali. 

[Hi]

Karena jiwa isengku menggebu, kubalas pesannya itu.

[Yes!] Balasku.

Lalu ku scroll profilnya, astaga ternyata ia berasal dari luar negeri. Dari Finland, negara yang jauh di sana, Eropa kalau tidak salah. Ketika aku mengecek di Mbah Gugel, ternyata perbedaan waktunya lima jam.

Sekarang jam lima sore, pasti di sana jam 12.00 siang.

[Where are you come from] tanyaku dengan bahasa Inggris seadanya, hihi. Aslinya aku sudah tahu dari profilnya, tetapi hanya untuk menguji apakah ia jujur atau tidak. 

Fast respon ia membalas. 

[Finland] 

[Wow, very far] balasku dengan menyertakan emot kaget. 

[Yes. Would you send a picture for me] 

[I am sorry, I can't send for U] aneh, padahal kalau mau lihat gambarku, tinggal klik di profil. 

[You are a Muslimah?] tanyanya. 

[Yes, and I am wearing hijab] balasku. 

[Oke, please send me your picture, just a moment. I know you're wearing a hijab.] Pintanya setengah memaksa.

Lah, kok maksa, sih! 

[Sorry] balasku tetap kekeh. 

Sebenarnya jika ingin memblokirnya mudah bagiku, tetapi inilah aku. Jiwa penasaran dan keingin tahuan dan juga pingin mengasah ketrampilan bahasa meski terkadang menggunakan kamus. 

[Oke, I send something] balasnya dan tak lama ia mengirim gambar seorang wanita berhijab tetapi setengah tel*njang.

Tentu saja aku marah. Kukirim emoticon marah padanya. 

[Wait] ucap Salim, si Pria Finland yang wajahnya ke bule-bulean itu mencegahku agar tidak marah. 

[What is this!] 

[Tell me!]

[No! You've been harassing women!] balasku kembali masih dengan memberi emot marah tiga biji. 

[Tell me, please! See! She is a girl and the same as you. She is Muslimah, wears hijab, so why did she do that?] 

Aku menarik nafas panjang. Ia menanyakan kenapa si wanita yang ia kirim gambarnya padaku, menggunakan hijab tetapi terlihat telanja**. 

[Just ask him, that's your friend, right] 

Jika aku jawab seperti itu, apa reaksinya. 

[Therefore, send me your photo.]

Welah, enak aja. Dia mau menyamakanku dengan wanita itu. Kamu pikir aku berhijab lalu mau buka-bukaan? 

[Hijab is mandatory for Muslim women! Even if she is like that, don't blame her hijab, but her bad character or actions. That is, she does not understand his Islam.]

Kubalas seperti itu, semoga ia paham.

[You are Muslim, right?] Lanjutku. 

[Yes, I am Muslim] balas Salim mengaskan.

[You should be reprimanded, not enjoying it] Balasku penuh penekanan dan berharap ia mengerti serta tidak melecehkan kami sebagai kaum wanita. 

Memang, yang aku lihat dikiriman gambarnya, ia mengirim beberapa gambar wanita Muslimah berhijab yang menggunakan hijab tetapi sangat seksi sehingga menampakkan lekukan tubuhnya. 

[Oke, May I call you?]

Salim ingin menelponku, aduh! Bagaimana ini. [Hy, are you married?] 

Ia kembali mengirim pesan dan menanyakan apakah aku sudah menikah apa belum. 

Kring messangerku berbunyi, ia menelponku. Aku tidak ingin mengangkatnya sampai ia berkali-kali menelpon. 

[Please, answer! I want to see you and hear your voice reading the Qur'an. I haven't heard it in a long time]

Ya Allah, ia ingin mendengar aku membaca Al Qur'an. Modus! 

Kring!

Panggilan video messanger kembali terdengar dari Salim. 

[Sorry, I can't. Here the signal is very bad]

Ucapku beralasan. 

[You send your photo first]

Aku meminta fotonya terlebih dahulu, padahal tadi ia meminta fotoku tetapi tidak aku berikan. 

Langsung setelah pesanku diterima, ia mengirim beberapa foto padaku. 

Masya Allah, ini sungguh luar biasa. Brondong! Persis seperti artis. Wajahnya perpaduan Arab dengan Eropa, hidungnya mancung dengan kulit bersih dan terlihat sangat tinggi. 

[Masya Allah, you are very handsome] 

Kukirim pesan balasan padanya. Tidak salah, kan, memuji makhluk Allah, hahaha. 

[But very skinny] lanjutku dengan emot tertawa. 

[Thank you. Even though I'm thin, I'm strong and muscular. Now it's your turn to send pictures]

Waduh, ampun. 

[Fast, please. I want to see you] 

Salim menagihku, mau tidak mau akhirnya aku mengirim foto Selfi dengan menutup mulutku menggunakan masker. 

[Open your mask.] 

[I'm ashamed. I'm ugly, not beautiful like the women in your country]

Kilahku. Huft. 

Kali ini aku mulai menikmati obrolan dengannya karena ia ternyata asyik juga. 

[No no no, you are sexy girl.]

Mendengar jawabannya, aku terpingkal. Gue emak-emak, Brondong!

[Thank you]

[Oke. And than, please send me your pict]

Ugh, ternyata masih ingat saja minta foto. Aku tidak memiliki foto yang bagus. Baiklah, lebih baik aku kirim video tik tok aku pada saat berpura-pura menjadi pembawa berita. 

[Done!] 

Kukirim video tersebut kepadanya. 

[Wow, you are very beautiful, I love you.]

Aku mendelik, lah, mudah amat mengucap I love you.

[ My I call you, please answer!] 

Kemudian ia melakukan panggilan video. 

Aku masih diam dan tidak mengangkatnya. 

[Answer!] 

Panggilan video lagi.

Aduh, bagaimana ini, aku tidak mau ketahuan suamiku. Kemudian aku merijecknya. Bagiku mudah saja aku memblokirnya, tetapi rasa penasaranku semakin bertambah. Apa tujuannya ia berteman denganku. 

[Hi] 

Ia mengirim pesan. 

[Answer!]

Aduh. Coba, deh, sekali kali aku mengangkatnya. 

Ketika ia menelponku kembali, barulah aku angkat. 

"Assalamualaikum," ucapnya. Aku menyembunyikan wajah dan kamera dan aku alihkan ke depan, bukan kearahku.

Masya Allah, kali ini aku melihatnya langsung. Guantenge puolll. Benar-benar makhluk Allah yang luar biasa. 

Aku melihatnya sedang tiduran di kamar dan headset terpasang di telinga.

"Waalaikum salam. I am sorry, I can't speak English well," ucapku karena memang bila bercakap-cakap menggunakan bahasa Inggris, aku tidak mahir. Berbeda dengan text, masih bisa menggunakan kamus. 

"No problem," balasnya. Suaranya terdengar agak berat dan serak-serak basah. 

"Please, I want to see you," lanjutnya. 

"Sorry, I'm ashamed."

"No worry," balasnya. "Please, you are beautiful." 

Duh, dibilang begitu saja kok berbunga-bunga, padahal oleh pria yang baru dikenal dan jauh pula. Hiks.

Akhirnya akupun berhadapan dengannya melalui video messanger. Melihat wajahku, ia menggelengkan kepalanya. 

"Wow, beautiful."

Lalu mengecup ponselnya membuat aku kaget. Gila!

________

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun