Mohon tunggu...
Leonardo Tolstoy Simanjuntak
Leonardo Tolstoy Simanjuntak Mohon Tunggu... Wiraswasta - freelancer

Membaca,menyimak,menulis: pewarna hidup.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Elegi Senjakala

2 November 2021   18:42 Diperbarui: 2 November 2021   19:10 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Elegi senjakala - ilustrasi Pexels

Senja itu selalu tiba seperti senja-senja tak terhitung
Daun muda tak lagi sehijau saat pagi mekar
Dan gores kuning penanda esok lusa akan  mencium bumi
Semua punya masa lalu dan perlahan berlalu juga

Masa gontai mendera menikung lutut
Dua kaki bicara tak berbunyi
Penanda letih melanglang kembara sampai kemana bahkan dakian paling lancip
Dan ngarai paling terjal masa perjuangan membekas kenangan

Oppung tua...
Belulang boleh merapuh  tapi tak lekang harap
Rindu gemerlap kota apa salah ditatap
Selagi langkah berayun di belantara sunyi
Hidup tak terkepal di tangan selama
Dekat di mata dekat juga di hati
Titik pisah itu tak siapa pun menang

Padamu yang hijau daun
Kutitip maklumat bukan untuk ditepis
Pahami hidup jangan berbuang waktu
Bersyukur kala mentari lama ditengadah
Dan gemintang di langit terpandang lama menggores senang

Kami yang duluan cicip asinnya garam laut
Akhirnya akan pamit mendahului

Kelak susul menyusul tak terduga 

Dan pertemuan terharap dalam iman percaya

Di taman penuh melati dan kolam berlimpah madu

( senja di lembah kelahiran Silindung 2 November 21)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun