Mohon tunggu...
Leonard Hazel Widjaja
Leonard Hazel Widjaja Mohon Tunggu... Pelajar biasa

Sedang belajar untuk merangkai kata dan memberikan manfaat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kuorum yang Tak Pernah Tercapai

18 Agustus 2025   16:57 Diperbarui: 29 Agustus 2025   12:53 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber : Dreamstime.com)

“Dalam setiap pengambilan keputusan, kuorum tidak sekadar hitungan angka, melainkan wujud nyata tanggung jawab bersama. Tanpa partisipasi sejati, keputusan hanya akan menjadi formalitas yang rapuh dan kehilangan makna.”

Dalam setiap organisasi dan perkumpulan individu, pertemuan menjadi salah satu elemen yang tak terpisahkan dalam proses pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan adalah elemen terpenting yang tidak dapat diambil secara sembarangan dan tidak berdasar karena ia akan menentukan arah dan langkah organisasi kedepannya. Cacatnya pengambilan keputusan yang hanya dilakukan sepihak tanpa adanya kesepakatan bersama menjadi musuh terbesar dalam pencapaian visi yang menjadi tujuan bersama.

Kuorum adalah jumlah minimum anggota hadir dalam suatu pertemuan untuk membuat keputusan. Namun maknanya tidak berhenti pada hitungan angka semata, ia juga berarti pertemuan batin yang berani duduk bersama di tengah perbedaan.

Salah satu mekanisme untuk memastikan hal tersebut tidak terjadi adalah kuorum. Secara formal, kuorum diatur dalam tata tertib formal sesuai dengan kebutuhan pertemuan dan kebijakan masing-masing organisasi. Misalnya sidang umum PBB yang menetapkan kuorum sebagai persentase dari jumlah anggota tetap yaitu 50%+1. Di sisi lain, Dewan Keamanan PBB memiliki kuorum khusus yang berbeda, yaitu keputusan penting memerlukan 9 dari 15 anggota yang hadir untuk memberikan suara, termasuk 5 suara dari anggota negara tetap. Pada intinya, kuorum berperan untuk memastikan agar keputusan forum memiliki landasan kuat dan partisipasi penuh dari seluruh anggota komunitas.

Nyatanya kuorum bukan hanya sebatas aturan formal yang berlaku dalam sebuah forum. Dengan makna yang lebih dalam, kuorum memiliki makna artinya tanggung jawab partisipasi dari setiap partisipan dalam sebuah forum untuk membuat keputusan yang sejalan dengan visi bersama. Kuorum tidak hanya berbicara soal angka, ia berbicara mengenai kehadiran. Ia bukan hanya sekedar formalitas, ia adalah bentuk kepedulian terhadap keputusan bersama. Tanpa adanya kesadaran dan kepedulian terhadap peran partisipan dalam forum, kuorum hanya sebatas aturan formal yang tidak berguna.

Namun, di banyak sudut negeri ini, makna kuorum kerap tergerus oleh jarak antara aturan dan kenyataan. Di atas kertas, ia tampak rapi dan tegas, tetapi di lapangan, ia sering terjebak di antara kursi-kursi kosong dan suara-suara yang tak hadir. Kuorum menjadi bayangan ideal yang menunggu untuk diwujudkan, sementara forum-forum rakyat berjalan pincang tanpa denyut kehadiran sejati. 

Sebagai masyarakat Indonesia yang berhak untuk berpendapat, kita semua dapat bercermin dari banyaknya fenomena baik maupun buruk yang terjadi di negeri ini. Fenomena itu menunjukan bahwa kehadiran kita sebagai masyarakat bukan hanya untuk memenuhi negeri ini, tetapi juga untuk menyumbang peran dan tanggung jawab bagi kebaikan bangsa. Banyak kisah yang dapat kita gunakan untuk berefleksi mengenai peran kita, salah satunya tercermin pada kisah dibawah ini dimana kuorum mengambil bentuknya sendiri pada sebuah pertemuan di balai desa.


Balai desa malam itu diterangi oleh lampu neon redup yang terpotong biaya subsidi. Seseorang berbadan gemuk dengan celana pendek bernama Pak Agus keluar dari sebuah ruangan dengan irama jalan yang lambat. Tampaknya ia adalah ketua lingkungan saat itu yangs sedang berusaha mengumpulkan seluruh warga desa karena desakan dari pada pemuda yang menilai kepemimpinan di lingkungan itu bersifat otoriter. 

Malam itu topik utama yang menjadi perbincangan hangat adalah pengalihan penggunaan lahan kosong yang semula ditujukan untuk pembangunan sekolah menjadi pembangunan lahan parkir pasar malam. 

Usut punya usut, ternyata penentuan tempat tersebut diubah oleh Pak Agus, selaku pimpinan masyarakat pada desa itu. Namun ternyata isu tersebut tidak ditanggapi secara serius oleh semua pihak. Akhirnya untuk memecahkan masalah, salah satu warga mengusulkan agar diadakan musyawarah di balai desa antara warga dengan pimpinan desa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun