Mohon tunggu...
Ahmad Rusdian
Ahmad Rusdian Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Memulai Langkah Terakhir #3

4 Desember 2015   08:46 Diperbarui: 4 Desember 2015   08:54 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

dia tak menjawab. 

"Tak banyak yang kukenal di ibu kota ini, tetapi dari teman pemulung aku mengenal Lukman. Orang Jawa. Supir Truknya Pak Bisri". tambahku, 

"kita akan menumpang dia, kebetulan dia akan mengantar besi tua ke madura. jadi kita bisa menumpang". lanjutku.

meski dia hanya diam, karena memang dia tak punya ide sama sekali, satu-satunya ide yang dia punya adalah pulang ke daerah asalnya, "Nganjuk" nama daerahnya. katanya sih di jawa timur. tetapi info lebih aku tak tau. hanya itu yang dia katakan. 

menumpang Lukman adalah ideku, dia sebenarnya mau pulang sendiri, tetapi setelah kejadian aku menemukannya, entah kenapa aku merasa bertanggung jawab terhadapnya, termasuk saat ini aku merasa harus mengantarnya pulang. 

setelah ini apa lagi? entahlah, Simpanan Besi Tua telah Ku lelang Habis untuk merayu Lukman agar aku boleh menumpang. Gubuk dan peralatan seadanya Ku tukar dengan beberapa rupiah untuk biaya perjalanan. setelah sampai ke tujuan, Kamelia pulang, lalu aku? entahlah. belum terfikir. tetapi saat ini hanya itu yang seolah harus kulakukan. 


kami berjalan makin cepat menuju tepi lautan sampah ini, menuju tempat parkir truk lukman, sudah telat dari jam yang kami sepakati, tapi memang hujan baru reda. 

aku mempercepat langkah kaki sambil menengok mata kamelia, gadis manis itu tersenyum, sambil sedikit berlari dia memegang erat tangan kiriku, sangat erat. 

entah kenapa sore ini terasa lebih indah, Langit Biru dengan sisa hujan, Mentari di ufuk barat masih terasa hangatnya, serta menggenggam tangan mungil ini, sungguh seperti melihat pelangi.

Indah, Damai, tenang.

perasaan itu sementara menyingkirkan keraguan, ketakutan bahkan kebingungan,

sementara Truk Lukman Mulai menderu meninggalkan Jakarta. 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun