Mohon tunggu...
Kang Chons
Kang Chons Mohon Tunggu... Penulis - Seorang perencana dan penulis

Seorang Perencana, Penulis lepas, Pemerhati masalah lingkungan hidup, sosial - budaya, dan Sumber Daya Alam

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Globalisasi Itu Telah Renggut Keperawanan Desaku

17 Mei 2018   05:17 Diperbarui: 17 Mei 2018   05:16 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Arus globalisasi dan modernisasi itu pada kenyataannya tak mampu diimbangi oleh kesiapan mental yang kuat, sehingga masyarakat gagap dan berada di persimpangan jalan dan bahkan terjebak dalam keserakahan yang lambat laun menggerus nilai-nilai kearifan lokal.

Kapitalisme, liberalisasi pada kenyataannya telah menjangkau desa-desa habitat orang-orang termarginalkan, melunturkan keberdayaan para petani yang tak mampu bersaing, menggiring masyarakat desa untuk menjadi konsumen produk-produk asing itu yang bahkan mereka sebenarnya tak mempunyai daya beli, sehingga banyak terjebak pada ketergantungan akan hutang.

Lalu, inikah bukti kemajuan pergerakan ekonomi lokal itu? Motor-motor bagus yang nongkrong di tiap-tiap rumah, telpon seluler yang mereka miliki tiap anggota keluarga itu, coba skali-kali tanya dengan apa mereka dapatkan? Aku berani taruhan lebih dari tujuh puluh lima persen akan menjawab " itu semua hasil kredit!"

Sang penguasa negeriku, selamatkan desa-desa itu, berikan mereka ruang untuk berdaya, ruang untuk memupuk nilai-nilai kearifan lokal dan budaya yang kian luntur, ruang untuk mendapatkan akses pemerataan dan pergerakan ekonomi yang mandiri, ruang untuk mendapatkan akses pendidikan tentang nilai-nilai moral, tentang nilai-nilai kebangsaan sehingga mereka siap dalam memfilter pengaruh biangkerok globalisasi itu. Bebaskanlah dari penjajahan terselubung itu, yang bagiku ini paling berbahaya!

Jika keaslian desa-desa telah terusak, jika desa-desa sudah tak mampu lagi percaya diri dengan kulturnya sendiri, maka akankah negeri ini akan tetap berdiri dalam bingkai kepribadian yang adiluhung? dan jika desa-desa tak mampu berdaya untuk mandiri, maka apakah kalian masih akan memberi jaminan bahwa denyut nadi pergerakan ekonomi di kota itu akan tetap berdetak normal, dan bahkan denyut nadi negeri ini?

Yang pasti, hingga detik ini aku merasakan kehilangan sesuatu yang sangat berharga, yaitu kehilangan masa laluku di desa dengan segenap keasliannya.

****

Malam ini aku rindu ibu bapakku, aku ingin rasakan kembali belaian telapak tangannya yang kasar itu!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun