Mohon tunggu...
Kang Chons
Kang Chons Mohon Tunggu... Penulis - Seorang perencana dan penulis

Seorang Perencana, Penulis lepas, Pemerhati masalah lingkungan hidup, sosial - budaya, dan Sumber Daya Alam

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Globalisasi Itu Telah Renggut Keperawanan Desaku

17 Mei 2018   05:17 Diperbarui: 17 Mei 2018   05:16 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sebuah fakta yang tak bisa dipungkiri, bahwa masyarakat desaku dengan keterbatasan pendidikan dan mulai lunturnya nilai-nilai moral akibat globalisasi telah nyata menghadapi kemajuan teknologi ini dengan gagap sehingga terjebak dalam ruang-ruang yang memberikan peluang negatif.

****

 

Aku merindukan masa kecilku dulu, merindukan untuk bergaul penuh suka cita dengan teman-teman sebayaku sedesa. Kami larut disatukan dengan beragam permainan tradisional, petak umpet, bendrong, pecle, adu karet dan kelereng dan banyak permainan lainnya. Semua itu mengajarkan arti kebersamaan dan persahabatan. Hingga saat ini, saat kami berkumpul kembali dengan teman-temanku masa kecil dulu semua rasa itu masih terpatri kuat, kami bahkan larut dalam kerinduan suka cita masa lalu.

Terkadang kami saling menunjukan bekas luka yang memenuhi betis dan paha kami yang masih membekas ini sebagai saksi bisu betapa nilai-nilai kebersamaan kami tak akan pernah luntur hingga kapanpun.

Tapi kini, lihatlah anak-anak desa masa kini itu, lebih banyak menghabiskan waktu pulang sekolah hingga sore hari bahkaan hingga larut malam hanya untuk duduk menyendiri asyik dengan permainan game online, bermain playstation. Semua itu mereka anggap lambang kemajuan! Tapi tahukah, itu semua nyatanya pelan-pelan telah mencetak generasi muda yang tertutup dan individualistik, generasi muda yang egois!

Dulu sewaktu di sekolah, bahasa daerah menjadi prioritas yang diajarkan pada kurikulum di sekolah dasar, tapi lihat saat ini bahasa daerah hanyalah sebagai pelengkap, tergantikan dengan bahasa orang asing itu yang justru menjadi mata pelajaran prioritas mulai dari sekolah dasar. Ini katanya demi kesiapan di era globalisasi! Pantas saja, ku dengar anak-anak kampung masa kini sudah tak mengerti lagi bagaimana bertutur dengan bahasa ibu yang baik, tak tau lagi bagaimana cara bertatakrama.

Bahkan ku dengar ada fakta mengejutkan, sebuah hasil riset seorang budayawan yang memprediksi bahasa sunda lambat laun akan hilang. Aku merinding mendengarnya !

****

 

Saudaraku, setelah lima hari ku habiskan waktu liburku, ingin ku sampaikan bahwa apa yang ku alami, apa yang ku lihat tentang perubahan yang sedemikian drastis atas kondisi ekonomi di desaku, atas kondisi sosial kultur masyarakatnya, sudah tak dapat dibantah lagi bahwa semuanya adalah karena pengaruh globalisasi, produk kapitalis biangkerok itu!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun