Mohon tunggu...
Chris Ryan
Chris Ryan Mohon Tunggu... Dokter - Hanya seorang pencinta bahasa Indonesia

Hanya seorang pencinta bahasa Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Sebuah Curahan Hati, "Ya, ini aku..."

26 Maret 2019   01:20 Diperbarui: 3 Mei 2020   16:21 605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Satu hal yang ingin kuungkapkan.

Entah kau sadar atau tidak, selain aku memang masih belia untuk ukuran sebuah bahasa, tahukah kau bahwa sebenarnya aku adalah bahasa buatan paling berhasil yang pernah ada di muka bumi ini?

Ya, aku pada hakikatnya bukanlah bahasa alami seperti bahasa-bahasa pada umumnya di dunia ini, yang tumbuh berkembang seiring bergulirnya waktu dan sudah berusia setidaknya ratusan tahun. Ya, seperti bahasa Inggris, dan bahasa-bahasa Eropa lainnya, dan bahasa Jepang, Cina, Korea, Arab dan sebagainya. Mereka adalah bahasa-bahasa yang lebih dulu ada daripada aku, dan umurnya jauh melebihi umurku. Mereka tumbuh dan berkembang secara alami di bawah tempaan waktu, dalam masa yang begitu panjang.

Sedangkan aku?

Aku yang sekarang bukanlah aku yang dulu.

Aku kini berbeda dengan aku yang di masa-masa awal zaman Sumpah Pemuda dulu, apatah lagi dengan diriku yang beratus-ratus tahun silam, di saat aku masih berbentuk bahasa Melayu. Tapi,  saat kuingat diriku yang dulu, sungguh bergemuruh sanubari ini.

Aku bangga dalam diriku mengalir darah Melayu. Namun jati diriku tak hanya terbentuk dari bahasa Melayu, tapi dari berbagai kepingan zamrud yang kupungut dan kukumpulkan di dalam perjalananku. Kadang kepingan zamrud itu kupungut dari bahasa Sansekerta. Kadang dari Persia. Terkadang dari Hindi. Kadang-kadang dari Gujarati. Kupungut pula dari bahasa Arab. Tak terlewatkan juga dari bahasa Portugis dan Belanda.

Semakin ke sini, aku mulai memunguti kepingan zamrud itu dari bahasa-bahasa daerah. Kupungut dari bahasa Minang, Jawa, Palembang, Aceh, Sunda bahkan sampai ke Maluku nun jauh di sana. Dan aku tak bisa mengatakan dengan pasti dari bahasa mana lagi aku memunguti kepingan zamrud itu. Aku yakin ada yang tak tersebutkan olehku. Tapi mereka tetaplah bagian dari jati diriku. Dan aku bangga. Terima kasih.

Aku, Bahasa Indonesia, sejatinya bukanlah bahasa alami. Namun aku adalah segelintir dari bahasa yang hampir bersifat buatan. Arah perkembanganku direka secara matang oleh tangan-tangan dingin para pakar bahasa kala itu. Aku dibakukan, ejaan dan penulisanku berangsur-angsur disempurnakan. Tata bahasaku makin kokoh. Kosakataku bertambah pesat dengan penyerapan dan pembentukan kata baru yang telah diindonesiakan dengan kaidah tertentu.

Aku meliputi setiap segi kehidupan berbangsa dan bernegara kalian. Aku menyatukan 260 juta manusia Indonesia dengan lebih dari 700 lebih bahasa setempatnya, beserta segala pesona dan ciri khasnya. Aku menjadi bahasa pemersatu kalian.

Aku hadir di setiap ruang khalayak. Bahkan, bagi sebagian dari kalian, aku hadir dalam mimpi-mimpi terindah dan terliar kalian.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun