Mohon tunggu...
Laiyin Nento
Laiyin Nento Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penggiat Pendidikan Karakter | Penggiat Kepramukaan Nasional dan Internasional

Pembina Pramuka | Kepala Pusdiklat Kepramukaan Kota Bekasi | Sekretaris Komisi Luar Negeri Kwartir Nasional Gerakan Pramuka | Penggiat Pendidikan Karakter | Entrepreneur | Kreator Konten | Member of Asia-Pacific Region Educational Method Sub-Committee | WOSM Consultant Team

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bully di Sekolah: Mengapa Bisa Terjadi, Bagaimana Solusinya?

4 Oktober 2023   09:28 Diperbarui: 4 Oktober 2023   09:33 2476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Belakangan ini berita tentang perundungan yang dilakukan oleh sesama pelajar baik yang masih di Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas sedang semarak. Dunia Pendidikan kita sedang tidak baik-baik saja. Apa yang salah? Semua pihak harus menaruh perhatian serius terhadap fenomena ini. Pekerjaan Rumah untuk menciptakan lingkungan pendidikan menjadi lingkungan yang aman, nyaman dan selamat masih jauh dari selesai, bahkan terus bertambah.

Pembully-an atau perundungan di dunia pendidikan Indonesia merupakan masalah serius yang perlu segera ditangani. Kasus-kasus perundungan yang terjadi di sekolah dasar hingga sekolah menengah pertama mengkhawatirkan dan menunjukkan adanya ketidakseimbangan dalam lingkungan pendidikan.

Apa saja penyebab terjadinya Perundungan di Dunia Pendidikan?

Tentu banyak sekali faktor yang mempengaruhi perundungan di dunia pendidikan, beberapa hal yang paling berperatan antara lain sebagai berikut:

1. Ketidaksetaraan Sosial 
Salah satu penyebab utama perundungan adalah ketidaksetaraan sosial. Anak-anak yang dianggap berbeda dari yang lain, baik dalam hal penampilan fisik, kemampuan akademis, atau latar belakang sosial ekonomi, sering kali menjadi target perundungan.

2. Kurangnya Empati 
Banyak anak tidak memahami dampak emosional yang dapat ditimbulkan oleh tindakan perundungan. Ini disebabkan oleh kurangnya pendidikan tentang empati dan kesadaran sosial di rumah dan di sekolah.

3. Pengaruh Media Sosial dan Teknologi Informasi
Era digital saat ini memberikan platform yang lebih besar bagi perundungan. Anak-anak saat ini mendapat akses menonton tayangan video atau alternatif games digital yang beragam, beberapa diantaranya menyisip aksi kekerasan yang dapat masuk ke alam bawah sadar anak-anak dan menganggap hal tersebut hal yang biasa. Anak dewasa ini juga dapat dengan mudah memposting pesan berbentuk pelecehan atau mengambil video perundungan untuk dibagikan di media sosial.

4. Kurangnya Pengawasan
Fungsi pengawasan di lingkungan sekolah, baik dari guru maupun staf sekolah masih kurang sehingga dapat memungkinkan perundungan terjadi tanpa hambatan. Pengawasan yang dimaksud adalah pengawasan aktif, yang dapat melakukan deteksi dini jika interaksi siswa berpotensi akan terjadi perundungan ataupun telah terjadi perundungan. Banyak dari kita yang belum terbangun intuisi untuk membedakan mana yang sedang becanda atau sedang terjadi perundungan.

5. Pengaruh Teman Sebaya
Teman-teman sebaya seringkali memiliki pengaruh yang kuat dalam perilaku anak-anak. Jika perundungan diterima atau bahkan dianggap sebagai norma oleh kelompok teman sebaya, anak-anak lebih mungkin terlibat dalam tindakan tersebut.

6. Stres dan Masalah Pribadi
Beberapa pelajar mungkin merasa tertekan atau menghadapi masalah pribadi, dan mereka mungkin menggunakan perundungan sebagai pelampiasan atau cara mengatasi masalah mereka sendiri.

Karakteristik khas perundungan adalah terjadi berulang-ulang. Dilakukan oleh seorang atau sekolompok anak yang memiliki kekuatan lebih untuk mendominasi dan dilakukan berulang kali. Karena hal ini menyenangkan buat mereka. Berikut ini beberapa hal yang menyebabkan Anak-Anak senang merundung, hal ini perlu dipahami agar usaha kita  mengatasi perundungan di sekolah dapat lebih efektif

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun