Mohon tunggu...
Laiyin Nento
Laiyin Nento Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penggiat Pendidikan Karakter | Penggiat Kepramukaan Nasional dan Internasional

Pembina Pramuka | Kepala Pusdiklat Kepramukaan Kota Bekasi | Sekretaris Komisi Luar Negeri Kwartir Nasional Gerakan Pramuka | Penggiat Pendidikan Karakter | Entrepreneur | Kreator Konten | Member of Asia-Pacific Region Educational Method Sub-Committee | WOSM Consultant Team

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bully di Sekolah: Mengapa Bisa Terjadi, Bagaimana Solusinya?

4 Oktober 2023   09:28 Diperbarui: 4 Oktober 2023   09:33 2491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

1.  Tidak mengerti dampak  korban perundungan; Anak-anak sering tidak mengerti betapa merugikan dan bahayanya efek perundungan bagi korban. Mereka mungkin menganggapnya sebagai lelucon atau tindakan yang tidak berbahaya. Namun bagi korban bisa jadi trauma yang berkepanjangan, di beberapa kasus sampai dewasa, serta tentu akan menganggu keseharian korban dalam belajar karena hadirnya rasa takut dan tidak nyaman

2.  Rasa ingin populer; Beberapa anak merundung demi mendapatkan perhatian dan popularitas dari teman-teman sebaya mereka. Mereka mungkin merasa ini adalah cara yang mudah untuk diperhatikan.

3. Fase pencarian Identitas; Anak dan Remaja masih berada pada fase ketidakpastian dalam menemukan identitas mereka.  Mereka senang dengan pengakuan jika dianggap hebat melakukan sesuati. Perundungan bisa menjadi salah satu cara untuk menunjukkan kekuatan atau status sosial mereka diantara komunitas mereka.

4.  Desensitisasi terhadap Kekerasan; Anak yang terpapar aksi atau tontonan kekerasan melalui media sosial atau video games bisa membuat mereka lebih mudah terlibat dalam tindakan perundungan. Keterpaparan yang berulang-ulang membuat mereka akan melihat kekerasan dan hal tidak baik lainnya sebagai hal yang biasa.

Solusi untuk Mengatasi Perundungan

Mengatasi perundungan tidak bisa dilakukan sendirian, hal ini memerlukan upaya bersama dari semua pihak, termasuk sekolah, orang tua, dan masyarakat secara keseluruhan. Berikut beberapa solusi yang dapat diambil:

1. Pendidikan Karakter khususnya Empati dan Kesadaran Sosial
Pendidikan Karakter di Sekolah harus semakin kuat khususnya penanaman nilai-nilai tentang empati, kesadaran sosial, dan penghargaan terhadap keberagaman (toleransi).  Ini akan membantu anak-anak memahami dampak perundungan dan mendorong perilaku yang lebih baik. Pendidikan Karakter melalui Kepramukaan di Sekolah, penanaman nilai Pelajar Pancasila melalui P5, Pendidikan Agama harus mengerucut khusus ke area empat dan kesadaran berinteraksi yang sehat dan menghargai sesama.

2.  Pelatihan Guru dan Karyawan Sekolah
Guru dan karyawan sekolah harus menerima pelatihan dalam mengidentifikasi dan mengatasi perundungan. Mereka juga harus belajar cara mendukung korban perundungan dan pelaku perundungan untuk berubah. Kurikulum tentang pelatihan ini juga semakin berkembang dan mudah diakses. Sekolah dapat bekerjasama dengan expert atau lembaga yang concern terhadap perlindungan anak.

3. Keteladanan Positif
Guru dan staf sekolah harus menjadi contoh perilaku positif bagi siswa. Mereka harus menunjukkan cara berkomunikasi dan berinteraksi dengan baik dengan teman-teman sebaya.

4. Pengawasan yang Ketat dan Sistim Pelaporan yang baik
Sekolah harus memiliki aturan yang jelas dan pengawasan yang ketat untuk mencegah perundungan. Ini termasuk mengawasi aktivitas di lingkungan sekolah dan memonitor perilaku online siswa. Selain itu, Sekolah juga harus membuat platform untuk melapor jika ada warga sekolah yang mengalami perundungan atau hal lain yang membuat mereka merasa tidak aman dan nyaman berada di sekolah. Sistim Pelaporan ini harus terdiri dari beberapa alternatif, dapat terjaga kerahasiaannya serta diikuti dengan respon tepat dan cepat.

5. Pengembangan Keterampilan Sosial
Sekolah harus memberikan pelatihan dalam pengembangan keterampilan sosial kepada siswa. Ini akan membantu mereka dalam berinteraksi dengan baik dan mengelola konflik dengan cara yang konstruktif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun