Mohon tunggu...
Laurentina PI
Laurentina PI Mohon Tunggu... Relawan - Relawan

Relawan Pekerja Migran

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Biji Itu Tidak Tumbuh dengan Baik

12 Juli 2020   18:10 Diperbarui: 12 Juli 2020   18:06 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jembatan Tarmanu merupakan salah satu jembatan yang menghubungkan wilayah Amfoang bagian utara dengan Kupang. Jika jembatan Termanu ini roboh maka segala aktifitas perekonomian lumpuh total. Tahun 2018 yang lalu saya masih bisa melewati jembatan ini dengan aman dan lancar. Maka saya juga tidak memberikan gambaran pada sopir kondisi terkini jembatan ini, namun hanya dengar cerita tentang jembatan yang sudah mulai miring ini. 

Setibanya kami dimulut jembatan ini kami semua turun karena takut dan kami mencoba berjalan kaki melihat situasi apakah mobil bisa melewati jembatan ini atau tidak ? Dengan perasaan yang was-was sayapun ikut berjalan perlahan-lahan sambil berpikir bagaimana caranya mobil bisa tembus.Sesampainya dipertengahan jembatan yang banyak lubangnya itu kami berjumpa dengan seorang ibu yang hendak menyebrang kearah Kupang. Saat itu ibu mengatakan bahwa mobil tidak bisa melewati jembatan ini maka harus berputar lewat jalan lain.Dengan segera segera Sopirpun memutar haluan dengan di temani teman kami dan mencari jalan yang ditunjukan oleh ibu itu. 

Saat itu saya memang sempat panik bagaimana caranya mobil bisa melewati jembatan yang sudah mulai miring dan berubang lubang ini. Namun kata hati saya mengatakan kita bisa sebrangi sungai ini namun harus berani ambil resiko yang sangat berat.Dan ternyata Tuhan mengijinkan mobil menyebrangi sungai Termanu ini namun tidak melalui jembatan.Sedangkan saya dengan 2 orang anak tetap meniti jembatan ini dengan penuh waspada.

Saat menyebrang ada perasaan was-was karena sungai ini terkenal banyak buaya dan cukup  dalam.Sungai ini  merupakan muara salah satu teluk Timor sehingga jika air pasang maka mobil tidak bisa menyebrang. Disamping akan tenggelam  air laut yang tercampur dengan air sungai membuat mobil cepat berkarat. Jadi banyak resiko yang diambil jika terus menyebrang sungai tersebut. Jembatan yang menghubungkan Amfoang dan Kupang ini saat ini kondisinya sudah sangat memprihatinkan sekali. Setelah melewati jembatan ini kamipun langsung melanjutkan perjalanan.

Pastor yang baik hati

Perjalanan panjang dan melelahkan dengan melewati 45 kali kering yang luas dan medan yang sangat fantastis.Pelan namun pasti karena kami tidak berani melaju dalam kecepatan tinggi karena belum menguasi jalan pantura ini. Suasana sudah mulai gelap dan sepi, hanya beberapa orang pengendara motor yang kami jumpai.Pemandangan yang sangat langka dan unik adalah lampu senter yang digunakan untuk penerangan jalan sepeda motor.

Rupanya hampir motor tidak memiliki lampu yang sempurna alias rusak,  maka mereka menggunakan sorot senter yang dipegangnya. Karena hari sudah malam kamipun bersepakat untuk bermalam di paroki terdekat, dalam perjalanan kami berusaha kontak Romo Paroki Naikliu namun karena signal dan jaringan tidak ada, kami pasrah dan dengan penuh keyakinan kami akan diterima dengan baik. 

Dalam hal ini kami kurang bijak, biasanya kalau saya ke daerah pasti membawa perlengkapan mandi namun kali ini karena terburu-buru tidak terbawa. Maka sebelum memasuki area Gereja kami singgah di kios untuk belanja barang yang kami perlukan.

Sesampai di depan Gereja kamipun mulai buka gerbang yang sudah tertutup dengan yakin dan percaya diri  kamipun memasuki halaman Gereja. Dengan waspada jika tidak diterima maka kami akan numpang mandi dan tidur di mobil. Namun diluar dugaan Romo menyambut kami dengan sangat ramah. 

Tepat pukul 20.30 wita masuk ruang tamu pastoran sayapun langsung menjelaskan kedatangan kami yang kemalaman dalam perjalanan ini. Seorang ibu tetangga paroki yang sangat ramah menyiapkan makan malam kami dengan enak sekali ditambah lagi karena kami sangat kelaparan maka kamipun makan dengan lahapnya.Selesai makan kami mandi dan akhirnya beristirahat pukul 11: 30 dengan badan yang sangat capek setelah seharian diatas mobil. Pagi harinya kami bangun dalam keadaan sehat setelah mengumpulkan tenaga kembali untuk melanjutkan perjalanan kami ke Amfoang Timur dengan jarak tempuh sekitar 2,5 jam dari Nailkiu.

Ketegasan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun