Mohon tunggu...
Laurentina PI
Laurentina PI Mohon Tunggu... Relawan - Relawan

Relawan Pekerja Migran

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Biji Itu Tidak Tumbuh dengan Baik

12 Juli 2020   18:10 Diperbarui: 12 Juli 2020   18:06 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tepat pukul 10.30 kami memasuki desa Kifu, dan langsung bertanya pada penduduk setempat yang kebetulan bertemu kepala dusun .Dengan ramahnya kepala dusun menghantar kami ke rumah Melia. Namun saat itu orang tuanya sedang mengikuti pertemuan di balai desa, untuk mempersingkat waktu kami langsung berbicara dengan kepala dusun maksud kedatangan kami.

Secara singkat saya menjelaskan kronologi mereka berdua tiba diselter karena mendapatkan informasi dari Satgas Trafficking Bandara El-Tari Kupang sekitar 7  bulan yang lalu pasca moratorium. 

Mereka termasuk anak dibawah umur yang ingin bekerja ke Malaysia secara non procedural. Kami berusaha untuk mendampinginya, awalnya melanjutkan sekolah namun dalam perjalanan waktu mereka memutuskan untuk berhenti sekolah dan pulang kampung tanpa pamit. Entah dapat bujukan dari siapa ternyata mereka telah merencanakan akan pulang kampung dan keluar dari sekolah.Kami sudah berusaha untuk membujuk kembali namun kami tidak berhasil alias gagal dalam pendampingan.

Tak lama kemudian orang tua Melia tiba dengan tergopoh-gopoh langsung menemui kami dan sayapun mulai membicarakan secara singkat tentang masalah Melia .Sebelum menandatangani pernyataan yang ditulisnya saat masih di shelter sayapun bertanya kembali " apakah benar mau berhenti dari sekolah ? dan dengan tegas ia menjawab YA "setelah itu saya meminta dia untuk tanda tangan diatas materai yang sudah kami siapkan. 

Dilanjutkan penandatanganan berita acara penyerahan klien pada orang tuanya.Setelah selesai kami  langsung ke rumah Nana, namun informasi awal yang kami dapat ia di pasar dengan Mamanya. Dengan situasi ini kami mencari ojek kearah pasar itu namun tidak ada.Dari pada menunggu tidak menentu kami berjalan ke Oepoli  untuk makan siang di stasi Tataum.Saat di stasi kami berusaha untuk kontak Nana dan ia berjanji cepat pulang ke rumahnya. 

Setelah makan siang kamipun berpamitan dan menuju ke desa Kifu kembali.Sesampai di rumah mereka belum juga pulang,  menurut orang tuannya dia pergi ke pantai. Dengan sedikit jengkel sayapun menunggu lagi disinilah kesabaran saya teruji. Setelah menunggu beberapa lama akhirnya iapun muncul dan tanpa basa-basi saya langsung minta tanda tangan dua dokumen yang telah kami siapkan. Setelah foto bersama kamipun pamit dan langsung ke Kupang.

Senja Dermaga Naikliu

Usai sudah misi kami hari ini menghantarkan domba kembali ke induk semangnya, dengan perasaan lega ku lepaskan tanggung jawab ini pada orang tuanya.Meskipun sedikit kecewa karena merasa gagal dalam mendampinginya. Untuk mengukur ketulusan hati dalam memberi " Janganlah diukur berat ringannya barang meskipun ringan bisa saja sarat dengan kasih.Timbangan pada umumnya tidak bisa menakarnya. Niat seseorang memberikan sesuatu  butuh timbangan yang seperti apa ? Hanya sang pemberi yang tahu persis lalu sang penerima mensyukurinya.

Bersama Sang mentari yang pulang ke peraduannya kamipun pulang menuju barat dengan perasaan yang sangat lega tanpa beban suatu apapun. Meskipun perjalanan selanjutnya membutuhkan tantangan dan rintangan tapi kami yakin bahwa Allah senantiasa menyertai kami dalam perjalanan ini.

Hari semakin gelap kami harus melewati jembatan kayu yang  belum dibangun dengan sempurna.Sungai demi sungai kami lewati dengan sangat hati-hati karena kondisi jalan yang rawan dan gelap. Dalam perjalanan pulang kami masih harus berdoa kuat-kuat agar air laut tidak pasang.Jika air pasang kami tidak bisa menyebrang sungai Termanu lagi dan harus bermalam di jalan. 

Sebelumnya kami harus  melewati jembatan kayu dengan kondisi yang sangat parah.Beruntung ada satu mobil pick up yang akan pulang kearah yang berlawanan sehingga dapat bekerja sama untuk memperbaiki kayu yang sudah miring itu . Syukur pada Allah akhirnya kami bisa melewatinya dengan penuh perjuangan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun