Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Ayah, Ada Balon di Kakiku

18 April 2020   06:39 Diperbarui: 18 April 2020   06:38 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak ada jawaban. Terdengar helaan nafas satu-satu. Ayah Calvin mendekat. Ia bungkukkan tubuh hingga wajahnya sejajar dengan seraut wajah mendung kanak-kanak itu.

"Ayah, ada balon di kakiku." Silvi meratap. Melesakkan hidungnya ke dada Ayah Calvin.

Semula Ayah Calvin berspekulasi bila putrinya tengah berimajinasi. Dia sangat memahami anak-anak. Atau bisa saja Silvi baru saja menonton film kartun. Namun, aneh rasanya mendengar anak meratap setelah menonton kartun.

"Balon?" ulang Ayah Calvin tak paham.

Tangis Silvi pecah. Ada yang tak beres. Jari-jari lentik Ayah Calvin meraba tubuh anaknya. Terkesiap merasakan dahi Silvi panas. Tangannya turun perlahan. Mengecek leher, punggung tangan, perut, dan...

"Ya, Tuhan. Manda, lihat."

Bunda Manda memekik tertahan. Dua pasang mata melebar ketakutan mendapati balon besar merah di kaki kiri Silvi.

"Kenapa bisa begini, Nak? Kamu kenapa?" Bunda Manda setengah berteriak.

Pertanyaannya sekarang bukanlah kenapa, tetapi bagaimana. Bagaimana mengobati infeksi? Sudah jelas luka Silvi terinfeksi parah.

Tubuh sintal Bunda Manda merosot ke lantai. Pipinya basah. Dari mana ia mendapatkan uang untuk pengobatan Silvi? Simpanan uangnya habis untuk pesta ulang tahun dan beberapa printilan upacara kematian. Uang untuk pesanan katering beberapa hari ke belakang belum dibayarkan.

"Kaupikir aku tidak menyiapkan apa-apa untukmu dan Silvi? Wait..." ujar Ayah Calvin, merogoh saku jasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun