Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Ujian atau Tidur

12 April 2020   06:00 Diperbarui: 12 April 2020   05:58 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ujian Atau Tidur


Silvi dijatuhkan ke lautan mimpi yang luar biasa indah. Di bawah langit malam yang redup, dia bertemu Ayahnya. Merasakan pelukan pertama Ayah setelah tujuh tahun lamanya menghirup udara dunia. Mimpinya indah, indah sekali. Dia tak ingin terbangun agar bisa menikmatinya lebih lama. Bunda, Silvi bertemu Ayah, jerit Silvi girang dalam hati.

Sayang sekali. Rol film digulung. Impian harus berakhir. Bersiap kecewa, Silvi membuka kelopak mata.

Nah lho, siapa pria yang memeluknya? Alih-alih guling berbentuk kudanil, tubuh seorang pria dewasalah yang didekapnya. Tubuh ini menguarkan harum yang sangat maskulin. Entah apa parfumnya.

Dicobanya mengingat kejadian hari kemarin. Pesta ulang tahun. Opa Hilarius meninggal. Oh, Opa. Mengapa harus bergandengan dengan maut secepat itu? Rasa lapar mendera. Menu bento. Kado misterius. Dia belum membukanya. Denting piano. Seorang pria setampan aktor Dion Wiyoko yang memeluknya. Ayah. Ayah Calvin Wan.

Yes! Ini bukan mimpi! Ayahnya benar-benar telah datang!

Lupa dimana dirinya berada, Silvi melompat. Gadis mungil itu terjerembap mencium lantai. Hidungnya kebas gara-gara menggesek lantai dengan tidak elitenya.

Bunyi debam membangunkan Ayah Calvin. Pria yang belum sempat melepas jasnya itu bangkit. Kepalanya pusing karena berdiri terlalu cepat. Lembut ditariknya Silvi bangun.

"Sayangku, kamu tidak apa-apa?" tanya Ayah Calvin khawatir.

Silvi menggeleng. Melepas pegangan Ayah Calvin. Walau excited, tetap saja kekecewaan dan kekesalan belum mencair. Dia masih kecewa lantaran Ayah Calvin meninggalkannya terlalu lama. Tanpa memedulikan lagi Ayahnya, Silvi ngeloyor pergi. Bersiap-siap ke sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun