Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Ujian atau Tidur

12 April 2020   06:00 Diperbarui: 12 April 2020   05:58 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Begini yang benar Sayangku." Ayah Calvin membetulkan cara Silvi membaca serangkaian kalimat.

Firasatnya tak enak. Apa yang telah terjadi? Sudahkah dia melewatkan sesuatu yang penting tentang Silvi?

Rasanya Ayah Calvin sebodoh Patrick sahabat Spongebob. Dia menoleh, menatap wali kelas. Guru cantik berkacamata minus itu mendekat dengan angkuh.

"Maaf, Anda siapa?" tegurnya.

Dengan sopan, Ayah Calvin mengenalkan dirinya. Kening si wali kelas berkerut bingung.

"Bukankah Ayah Silvi sudah meninggal? Anda penculik ya?" ceplos guru itu.

Sakit, sakit ketika ada yang menganggap diri ini telah meninggal. Pastilah Bunda Manda yang meniupkan keyakinan pada guru sekolah jika Ayahnya Silvi sudah meninggal. Susah payah diyakinkannya guru itu. Setelah sang guru benar-benar yakin, Ayah Calvin menagih penjelasan.

Semenit. Lima menit. Tujuh menit, hati Ayah Calvin terpagut sendu. Jangan kira dia tak terima dengan kenyataan. Tidak, dia bisa terima. Dia hanya sedih pasalnya mengetahui gangguan belajar yang dialami Silvi dari orang lain. Alih-alih Bunda Manda, justru keterangan sepenting ini tersampaikan dari lisan pihak ketiga.

Niatnya untuk tidur luruh. Sempat Ayah Calvin berniat untuk mengistirahatkan tubuh selepas mengantar Silvi. Demi Silvi, dia akan tetap tinggal di sekolah.

"Saya akan mendampingi Silvi ujian." Pungkasnya. Disambuti tatapan heran bercampur kagum dari si guru wali kelas.

Bagai peragawan yang melakukan full turn, Ayah Calvin memutar tubuh. Dia kembali menghadap meja Silvi. Lembut mengelus kepala putrinya. Sukses membuat kira-kira dua puluhan anak penghuni kelas iri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun