"Bapak itu sakit, tapi masih semangat bekerja. Dan kamu...apa yang bisa kamu syukuri dari dirimu, Nak?"
Jose sempurna terenyak. Dirinya hanya tak punya teman. Sedangkan bapak berperut besar itu nyaris tak punya apa-apa kecuali kendaraan beroda tiga dan semangat hidup. Sampai saat ini, Jose masih sehat dan bisa melakukan apa pun yang disukainya. Anak tunggal itu hidup berlimpah perhatian dari pelayan di rumah, tak kekurangan kasih sayang dari Ayahnya, dan bisa membeli apa pun yang diinginkan. Kalau soal teman, Ayah Calvin telah berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi ayah sekaligus sahabat yang baik untuknya. Lalu, apa lagi yang mesti dikeluhkan?
"Maafin Jose," lirih bocah tinggi itu.
Sontak Ayah Calvin menurunkan tangan dari atas kemudi. Mengurungkan niat untuk menstarter mobil. Direngkuhnya tubuh Jose dalam pelukan. Ia mencium kening putranya penuh kelembutan.
"Semoga bapak itu umurnya panjang ya, Ayah." Gumam Jose.
"Semoga."
Dalam hati, Jose pun mendoakan hal yang sama untuk Ayahnya. Ayah Calvin Wan yang telah banyak memberinya pelajaran tentang kebaikan dan kasih sayang. Di luar sana, langit biru tersenyum cerah memperhatikan sepasang ayah dan anak itu.