Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | [Papa dan Ayah] Mama Baru untuk Papa Adica

2 Desember 2019   06:00 Diperbarui: 2 Desember 2019   06:06 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah mengucap selamat malam, Adica pergi ke paviliun. Calvin mengantar Silvi ke kamarnya. Diselimutinya gadis itu dan ia kecup dahinya.

"Selamat tidur, Sayang. Ayah mencintaimu."

Lama Calvin di sana setelah Silvi terlelap. Dipandanginya seraut wajah cantik itu lekat-lekat. Berapa pun usianya, Silvi tetaplah putri kecil Calvin. Putri kesayangan yang ia jaga sepenuh jiwa raga. Raga yang menunggu waktu.

Tes.

Bercak merah menjatuhi telapak tangannya. Cairan merah itu berasal dari hidungnya. Calvin mimisan lagi. Ia senang karena Adica dan Silvi tak melihatnya.

**    

Esoknya, mereka jalan bertiga. Adica memutuskan ikut ke resto mewah di skybar bersama Calvin dan Silvi. Meski ia harus bayar sendiri, yang penting ia bisa melewatkan waktu yang berkualitas bersama kakak kembar dan anaknya.

Entah berapa purnama berganti sejak terakhir kali Calvin, Silvi, dan Adica jalan bertiga. Mereka dibenturkan pada banyak kendala tiap kali ada rencana jalan-jalan. Adica tenggelam dalam kewajiban sebagai direktur selama tujuh hari seminggu dan dua puluh empat jam sehari.

Silvi sibuk sekolah dan kegiatan OSIS. Kondisi kesehatan Calvin tak memungkinkannya untuk terlalu banyak beraktivitas di luar rumah. Jalan-jalan bertiga menjadi momen langka bagi mereka.

Sebelum makan, Silvi mengajak Ayah dan Papanya nonton. Ada film bagus yang sedang diputar. Calvin dan Adica sangat menikmati saat-saat ini.

"Calvin, rasanya kita jadi anak sekolah lagi ya." Adica tak tahan untuk tidak mengungkapkan kesenangannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun