Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Ayahku Ada Dua

12 November 2019   06:00 Diperbarui: 12 November 2019   19:53 879
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Hari ini ada pembinaan buat calon anggota OSIS, Ayah." sanggahku.

"Ah, khawatir banget sih. Kamu pasti diterima walaupun nggak ikut tahapan rekrutmen dari awal. Nggak ada yang berani nolak kamu. Papa kan pemegang sepertiga saham di yayasan." timpal Papa pongah.

Ayah melempar pandang tak suka ke arah Papa. Yes, Ayah kelihatan tidak setuju dengan kesombongan Papa kali ini. Aku tetap ingin masuk sekolah. Nanti aku tidak bertemu Frater keren.

Aku baru bertemu dengannya singkat sekali. Tanpa sadar, aku bersenandung pelan.

Pertemuan singkat dan berjalan sangat cepat
tidak disangka aku langsung terhipnotis olehmu
setidaknya kamu sempat menjadi milikku
meskipun tak lama, hal itu telah membuat ku bahagia
Kau buat hidupku tak berarti tanpa kamu
kini kau menghilang dan aku terhipnotis olehmu
setidaknya kamu sempat menjadi milikku
meskipun tak lama, hal itu telah membuat ku bahagia
Dengan masalah... (Vierra-Pertemuan Singkat).

**   



-Fragmen si kembar

Calvin melambai, melepas laju SUV hitam itu. Perlahan dia membalikkan tubuh. Ia berjalan masuk ke rumah. Sesal menggunung di dadanya karena tak bisa mengantar Silvi ke sekolah. Andai saja ia lebih kuat menjaga Silvi.

Saat kembali ke ruang kerjanya, langkah Calvin surut. Jarum-jarum es menusuk tajam punggungnya. Tak apa, biarlah sakit ini datang sekarang. Toh ia sendirian.

Susah payah diraihnya sebuket lily. Lily putih itu akan dihadiahkannya untuk Silvi. Tapi...kenapa kelopak-kelopak putihnya berubah merah?

Calvin tertegun. Darah segar mengalir dari hidungnya. Tetes-tetes darah mewarnai kelopak lily. Ia mimisan lagi, dan lebih banyak dari sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun