Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Malaikat Itu Tak Datang di Kegelapan

6 Agustus 2019   06:00 Diperbarui: 6 Agustus 2019   06:51 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Minggu pagi, waktu yang telah dinantikan Sivia. Hari ini dia akan bertemu Ayahnya. Sudah jadi kesepakatan di antara Sivia dan Ayah-Bundanya. Anak cantik itu hanya boleh datang ke rumah sakit di akhir minggu. Sabtu kemarin, Sivia latihan modeling. Sekaranglah saatnya.


"Saat putriku datang, aku tidak boleh membuatnya cemas." gumam Calvin pada dirinya sendiri.

Pelan-pelan ia bangkit dari ranjang putih. Ia menaburkan pandang ke sekeliling ruang rawat VIP. Memastikan tak ada bercak darah, sisa makanan yang tertumpah, dan jejak-jejak rasa sakit. Semuanya harus sempurna.

"Sempurna..." puji Alea sambil bertepuk tangan.

Ia berputar di depan cermin. Menatapi bidadari kecilnya dari atas sampai bawah. Dress putih, mata biru, rambut panjang yang tergerai rapi, dan wajah perpaduan Tionghoa-Jawa-Belanda yang dirias natural. Sivia tampak sangat cantik.

"Cantik..." lirih Calvin. Terharu hatinya melihat foto yang dikirimkan Alea.

Betapa cantik putrinya. Selain Alea, Sivialah harta Calvin yang paling berharga. Alea dan Sivia merupakan alasan terbesarnya untuk tetap bertahan.

Ok fine. Sivia saja sudah bersiap tampil secantik princess untuk menemuinya. Dia pun tak ingin mengecewakan perhiasan hatinya.

Calvin melangkah tertatih ke dekat cermin. Terdapat wastafel putih di bawah cermin itu. Dengan sedih dipandanginya pantulan wajahnya sendiri. Inikah malaikat tampan bermata sipitnya Alea dan Sivia? Pucat begini masih dibilang tampan?

"Ayahmu tetap tampan, Sayang. Tampan luar-dalam. Apa pun keadaannya." Alea berkata bijak. Lembut membelai kepala Sivia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun