Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gumpalan Darah di Tubuh Ayahku

29 Mei 2019   06:00 Diperbarui: 29 Mei 2019   06:21 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

**   

Jose tak bisa tidur. Ia terus memikirkan acara keluarga yang diikutinya kemarin. Sebentuk keresahan berputar-putar di pikirannya.

"Kenapa, Sayang? Masih kepikiran arak itu, ya?"

Ayah Calvin memeluknya hangat. Pertanyaannya menggantung tanpa jawaban. Jose takut, takut mengingat acara kemarin malam.

Keluarga besar Ayahnya berkumpul di mansion utama. Mereka makan malam bersama. Cerita demi cerita, rangkaian rutinitas, dan ungkapan tentang pekerjaan yang berbaris terurai di meja makan. Jose hanya jadi pendengar. Ia anggota keluarga terkecil. Sepupu-sepupunya sudah dewasa.

Tatapan tak suka dilayangkan pada Jose. Sebutan "darah campuran" masih terlontar. Tapi bukan itu, sungguh bukan itu.

Usai makan malam, anggota keluarga yang tertua membuka beberapa botol arak. Hampir semua anggota keluarga bersorak kegirangan. Dalam sekejap, gelas-gelas terisi penuh.

Eits, tidak semuanya. Jose masih kecil, tapi dia tahu mana yang boleh dan mana yang tidak. Saat itulah ketakutan dan kesepian mencengkeram hatinya.

Bukannya Jose membenci perbedaan. Ia hanya takut, takut dan merasa terasing. Jose merasa sepi dalam keramaian. Jose kesepian dan terasing. Terasing di lingkaran keluarga besar Ayahnya. Keterasingan yang sama.

"Jangan dipikirkan, Jose. Lupakan saja."

Suara lembut Ayah Calvin menyadarkannya. Jose tersentak. Mudahkah melupakannya? Tidak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun