Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Surga Bukan Perumahan Cluster

22 Mei 2019   06:00 Diperbarui: 22 Mei 2019   06:50 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Terus dimana Bunda, Ayah? Dimana? Kenapa kita nggak tinggal di Bali?!" Jose berseru putus asa, menarik-narik lengan jas Ayahnya.

Ayah Calvin tertunduk dalam. Helaan nafasnya memberat.

"Bundamu sudah tidak ada, Sayang...ini yang Ayah sesalkan."

"Kenapa?"

"Tiga tahun berikutnya, Ayah dan Bunda menetap di Bali. Kami bahagia dengan suasana baru. Cukup lama kami menanti kehadiranmu karena Ayah sakit. Saat kamu lahir, Ayah baru tahu kalau Bundamu menyimpan kesedihan mendalam. Bundamu sangat mencintai Ayah, tapi ia takut terpisah. Bundamu...Bundamu pergi setelah melahirkanmu."

Tidak, ini tidak mungkin. Mengapa Jose baru tahu sekarang? Rasanya sakit, sangat sakit.

Secarik kertas meluncur keluar dari saku jas Ayah Calvin. Jose merebutnya. Ia tahu, itu pasti surat dari Sivia.

Calvin,

Aku menerima, dan tetap memberimu cinta, sekalipun kau tidak bisa memenuhi harapanku. Meski begitu, aku takkan rela bila anak tunggalku tumbuh tanpa mengenal Allahnya. Beri dia nama Jose, seperti nama pendiri MER-C. Nama tengah dan nama belakangnya adalah nama kita berdua. Aku percayakan dia padamu. Besarkan dia seperti anak-anak Muslim dibesarkan.

Kau tahu, Calvin? Ternyata kesedihan mendalam dapat memperpendek umur seseorang.

With love,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun