Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Pagi Bersama Malaikat

13 Maret 2019   06:00 Diperbarui: 13 Maret 2019   07:35 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Bisakah kau berpikir positif, Princess? Syukur pada Tuhan, tak ada orang-orang yang kaucintai di dalam ambulans. Kau juga bisa mendoakan pasien di dalamnya, semoga dia cepat sembuh."

Bermenit-menit dalam pelukan Calvin mentransmisikan sinyal cinta. Ketenangan meresapi hati, menenteramkan jiwa. Setelah Silvi kembali tenang, Calvin kembali melajukan mobilnya.

**    

Jari telunjuk Calvin bertaut dengan telunjuk Silvi. Mereka berdua melangkah bersisian menyusuri koridor. Lalu-lalang mahasiswa menyapa Silvi penuh hormat. Mencium tangannya, menanyakan keadaan matanya. Banyak mahasiswi melempar pandang kagum ke arah Calvin. Menatapi wajah tampannya berlama-lama. Membisikkan kekaguman.

Bagaimana tidak, Calvin yang menggandeng tangan Silvi ke kelas tiap pagi sukses membuat para mahasiswi meleleh. Dua kali seminggu, Silvi rutin mengajar di kampus itu. Tak banyak mata kuliah yang diajarnya. Calvin selalu mengantarnya ke depan kelas, menemaninya hingga ia selesai mengajar. Begitu terus setiap minggu, setiap pagi, sepanjang tahun.

"Take care," ujar Calvin lembut sesampai di depan kelas.

Dikecupnya kedua pipi Silvi. Beberapa mahasiswa tak sengaja melihatnya. Mereka tersipu, Silvi tetap dingin.

Setelah Silvi masuk ke dalam kelas, Calvin tak beranjak. Ia tetap di koridor itu. Menunggu, menunggu dengan sabar.

Tak hanya menunggu, Calvin menyibukkan diri menulis artikel. Memperbarui isi websitenya. Sesekali membuka e-mail. Mengecek progres perusahaan miliknya yang diurus sepupunya. Meredam komplain sang sepupu karena ditumpuki amanah mengurus perusahaan sebesar itu.

Ya, Calvin punya alasan untuk berhenti mengurus perusahaan. Semata demi Silvi. Silvi lebih butuh dirinya.

Betapa Calvin mencintai Silvi. Tiap pagi, Calvin menggandeng tangan Silvi ke dalam kelas. Mengantarnya kemana saja, menjaganya, menyanyikan lagu untuknya, membacakannya buku, memastikan penampilannya tetap cantik, sesekali menguncirkan rambutnya, membantunya mengunggah artikel, dan memberikan waktu dari pagi sampai malam hanya untuknya. Cinta sebesar itu, mengapa harus diragukan?

**    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun