Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Tulang Rusuk Malaikat] Hadapi dengan Kelembutan

31 Oktober 2018   06:00 Diperbarui: 31 Oktober 2018   05:58 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Silvi rebah di pelukan Calvin. Air mata berkilauan di iris birunya. Kedua tangan Calvin membelai lembut rambut gadis itu.

"Aku tak mau bergantung pada obat, Abi. Bermain biola menjadi terapi untukku."

"I see. Tapi mereka sudah kelewatan, Calvin."

"Baiklah, anakku...cinta, nanti kita main biola sama-sama ya."

"Iya, Silvi. Aku..."

"Sangat mencintaimu, anakku. Abi takkan membiarkan siapa pun melukaimu."


**     

Selimut putih ia benai. Dengan lembut, Abi Assegaf mencium kening Adica. Kecupan sehangat dan selembut yang diberikannya pada Syifa.

"Salam untuk Pak Deddy dan Pak Sasmita. Take care, Abi." ujar Adica.

Mendengar itu, Abi Assegaf terenyak. Betapa baiknya Adica. Ia tetap peduli pada orang-orang yang tidak menyukainya. Ia mengangguk, membereskan obat-obatan, dan berjalan keluar kamar.

Terpaksa ia harus meninggalkan Adica sejenak. Ada urusan lain yang dibereskan sekarang juga. Jarum-jarum jam berlarian, menunjuk tepat ke angka sembilan. Langit pagi berawan, senada dengan suasana hati pimpinan Refrain Radio itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun