Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Tulang Rusuk Malaikat] Pertobatan Sunyi

15 Oktober 2018   06:00 Diperbarui: 15 Oktober 2018   06:21 1123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mengapa shalat di sini, Nak?" tanya pria perlente itu, nadanya bersahabat.

"Saya butuh ketenangan. Semua orang tak mendukung pertobatan saya," jawab Adica datar.

Alis si pria terangkat. "Pertobatan? Apa yang terjadi?"

"Saya baru keluar dari penjara..."

"Keluar dari penjara? Orang berwajah setampan dirimu pernah masuk penjara?" sela pria itu heran.

"Saya dipenjara karena membunuh orang. Tak sengaja sebenarnya, kecelakaan mobil. Saya menabrak lima orang sampai mati dengan mobil saya..."


"Ya, Allah...tampangmu terlalu baik untuk jadi pembunuh, Nak. Terlalu lembut, terlalu teduh, terlalu alim. Wajahmu mengingatkan saya pada anak saya. Namanya Calvin. Dia setampan dirimu..."

Adica tertunduk. Apa gunanya ketampanan fisik bila citra rusak?

Sejurus kemudian, pria bertubuh agak gemuk dan berkulit putih itu mengulurkan kartu nama. Ragu, Adica menerimanya.

"Kamu tak pantas berkeliaran sendirian di bukit ini. Kalau kamu butuh sesuatu, hubungi saya. Nama saya Effendi. Saya akan membantumu sebisanya. Tuhan tidak melihat rupa dan hartamu, tapi Tuhan melihat hatimu."

Kartu nama di tangan Adica bergetar. Tuan Effendi berjalan pergi. Apakah ini petunjuk dari langit? Apakah ini pertanda kalau dirinya tak sendiri?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun