Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Spesial] Mata Pengganti, Pembuka Hati: Jangan Minta Jatuh Cinta

14 Maret 2018   18:09 Diperbarui: 14 Maret 2018   18:13 869
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Keterlaluan. Kamu sentimen banget sama dia. Calvin nggak kayak gitu. Dia tulus, baik, ganteng lagi. Nggak kayak kamu. Kerjaannya iri terus sama dia. Kamu pernah bikin sakit hati, dengan terang-terangan bilang kalo kamu malas baca tulisannya yang ada kaitannya dengan agama itu...hmmmm."

Tanpa mereka sadari, Calvin mendengar semuanya. Marah? Tidak juga. Kecewa? Sama sekali tidak. Hanya tersenyum tipis dan berdoa. Begitulah Calvin. Tampan luar-dalam. Aneh sekali bila ada orang yang membbenci pemuda seperti dirinya.

Perkuliahan usai. Begitu keluar kelas, Calvin mendapat kejutan. Seorang wanita setengah baya yang masih sangat cantik berdiri menunggunya.

"Mama?" panggilnya tak percaya.

Nyonya Roselina tersenyum. Merentangkan lengan, memeluk putra sulungnya erat. Calvin balas memeluk Mamanya. Enam bulan tak bertemu, rindu membuncah pelan di dadanya.

"Akhirnya Mama pulang juga. Kenapa Mama lama sekali di Aussie?"

"Maaf, Calvin. Mama hanya ingin menenangkan diri."

Beberapa pasang mata tertuju pada mereka. Yang perempuan terkesan dan meleleh, yang lelaki membuang muka. Sebal bercampur iri. Sebuah paradoks.

Calvin dan Nyonya Roselina melangkah menuju lift. Orang-orang yang berpapasan dengan mereka tersenyum. Memberi sapaan. Mereka balas menyapa. Rasanya seperti kembali ke masa lalu. Ini juga kampus almamater Nyonya Roselina. Setiap koridor yang dilewati membiaskan lembar kenangan. Lantai yang dipijaki mengguratkan berbagai pengalaman masa lalu.

"Mama...miss you."

Itulah kata pertama yang diucapkan Syifa ketika melihat Nyonya Roselina. Ia dan Adica bergantian memeluk ibu kandung mereka itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun