"Istriku memang hebat. Suatu saat nanti, kamu bisa jadi ibu yang baik. Bisa mendongeng untuk anak kita kelak...ah, beruntungnya aku memilikimu, Sarah."
"Makanya, kalian cepat-cepat punya anak. Masa kalah sama aku dan Calvin?"
Prang!
Gelas di tangan Calvin jatuh dan pecah. Calvin terbatuk, darah segar mengalir dari hidung dan sudut bibirnya. Refleks Clara memeluk suami super tampannya. Lembut menepuk-nepuk punggungnya.
"Calvin, are you ok? Oh my lovely...sepertinya aku mengatakan sesuatu yang salah. Ada apa, Sayang? Ada apa?"
Tanpa kata, Calvin meraih tangan Clara. Keduanya bangkit berdiri. Mendorong kursi ke belakang. Berjalan pelan menuju pintu. Disambuti tatapan heran Sarah dan tatapan penuh tanda tanya dari Anton.
** Â Â Â
Sepasang tangan mungil itu gemetar dialiri perasaan sedih dan bersalah. Clara meremas gumpalan tissue bernoda darah di tangannya, lalu membuangnya. Calvin berdiri di sampingnya, menundukkan wajah. Terbayang kembali proses donor sperma dan bayi tabung itu. Perih, amat perih.
"Maafkan aku..." bisik Clara.
"Harusnya aku yang minta maaf. Aku tidak bisa memberikan keturunan untuk keluarga besarmu dan keluarga besarku. Maaf...maafkan aku."
Air mata meleleh. Clara terisak tertahan. Mendekap Calvin erat, menghirup wangi Blue Seduction Antonio Banderas dari tubuh pria pendamping hidupnya.