Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Empat Hati, Empat Pasang Mata, Empat Sosok Pembawa Cinta

30 Desember 2017   05:48 Diperbarui: 30 Desember 2017   08:23 753
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Lalu, dimanakah istri Calvin? Itu dia, di sebelahnya. Wanita jelita berambut sepundak yang jarang tersenyum. Wajahnya angkuh dan dingin. Di balik keangkuhannya, ia memiliki hati yang baik. Silvi tahu itu. Wanita yang baik akan mendapat pria baik pula.

Di depan pintu kayu berpelitur, langkah wanita berambut sebahu itu terhenti. Ia mengangkat sedikit ujung maxi dress biru lautnya, melirik suami super tampan di sampingnya.

"Calvin..." bisiknya manja, satu tangan mengelus perutnya yang mulai membesar.

"I see. Apa kontraksi lagi? Perlukah kita ke rumah sakit, Clara Sayang?" tawar Calvin lembut. Mengelus-elus perut istri cantiknya.

"Tidak, tidak usah. Jangan sampai acara makan malam keluarga besar ini rusak hanya karena ulah nakal si calon baby."

Ah, tidak salah dengarkah dirinya? Calvin memanggil sayang istrinya dengan begitu lembut? Ya Tuhan...

Kerlingan mata Silvi tak berhenti sampai di situ. Ia amati pasangan muda itu hingga memasuki ruang tamu. Bersalaman dengan anggota keluarga yang lain, cium pipi kanan cium pipi kiri, tertawa, menanyakan kondisi kehamilan, dan mendoakan keselamatan si calon bayi. Silvi menggigiti bibirnya. Sedetik berselang, bibir itu memerah bukan karena lipstick. Melainkan karena darah. Bibir yang berdarah lantaran digigit terlalu keras oleh pemiliknya.

"Wah, mau diberi nama apa nih anaknya? Pasti anaknya cantik kalau perempuan...seperti ibunya. Kalau laki-laki, ya pasti ganteng kayak ayahnya."

Celotehan itu berdering masuk ke telinga Silvi. Ditingkahi tawa renyah Clara. Calvin tidak tertawa. Ya, jelas saja. Janin di rahim Clara bukanlah anak kandungnya. Hanya anak yang dipaksakan hasil campur tangan pria baik hati pendonor sperma di Singapura. Trader, blogger, dan peragawan ternama berdarah Tionghoa bernama Calvin Wan bukanlah pria yang cukup sehat untuk memiliki anak sendiri. Kondisinya terlalu lemah. Hanya Calvin, Silvi, dan Clara yang tahu.

"Assalamualaikum."

Ucapan salam yang menyejukkan jiwa. Silvi memutar tubuh, tatapannya tertumbuk pada pasangan kedua. Pria berpostur atletis dengan jas berwarna dark blue, dan wanita berhidung mancung dengan perpaduan wajah India bergaun lavender.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun