Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mata Pengganti, Pembuka Hati (9)

23 Oktober 2017   06:19 Diperbarui: 23 Oktober 2017   07:11 1163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Terapi apa, Syifa? Calvin sakit?" desak Silvi.

Syifa memutar otak. Mencari jawaban. Lalu ia mendapat ide.

"Oh...bukan, bukan terapi medis. Terapi itu hanya istilah saja. Aku, Kak Calvin, dan Kak Adica sengaja memakai kata 'terapi' jika ingin membuat solusi pemecahan masalah di kantor. Semacam kode-kode rahasia gitu. Biar karyawan perusahaan nggak tahu."

Alasan yang sangat mengada-ada. Bahkan Syifa mengakui kebodohannya sendiri saat membuat alasan itu. Anehnya, Silvi percaya. Tak lagi bertanya lebih jauh tentang kata 'terapi' yang dimaksud.

Tak enak dengan kesalahannya sendiri, Syifa buru-buru pamit pulang. Ia melangkah setengah berlari kembali ke mobil. Adica sudah menunggunya. Begitu mendengar cerita adiknya, langsung saja ia memarahi Syifa.

"Keceplosan?! Fatal akibatnya! Jangan sampai terulang lagi!" bentak Adica seraya menjalankan mobilnya.

"Maaf Kak...aku nggak sengaja." sesal Syifa. Kepalanya tertunduk. Menatap Adica pun tak berani.

"Enak saja minta maaf! Aku bukan Calvin yang lembut dan mudah memaafkan orang lain!" Adica makin jengkel. Tangan kirinya memukul dashboard demi melampiaskan kekesalan.

"Iya, tapi Syifa beneran nggak sengaja. Untung bisa cari alasan."

Mobil melaju meninggalkan kompleks perumahan. Melesat di antara kendaraan-kendaraan lainnya yang memadati jalan raya.

"Awas saja kalau Silvi sampai tahu gara-gara kebodohan kamu!" ancam Adica.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun