Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Mata Pengganti, Pembuka Hati (1)

6 Oktober 2017   06:41 Diperbarui: 6 Oktober 2017   08:52 1281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ruangan serbaputih itu begitu mencekam. Calvin tertunduk dalam, mencermati kata-kata Dokter Rustian. Bersiap menerima vonis terburuk. Vonis, betapa bencinya ia pada kata itu. Seakan vonis adalah skakmat. Langkah terakhir menuju pelukan kematian.

"Hasil pemeriksaan menyatakan..."

Keheningan menggantung berat dan menyakitkan. Sesaat Calvin mulai kalut dan tak sabar. Mengapa Dokter Rustian harus menahan kalimatnya?

"Hipernefroma, atau istilah lainnya Renal Cell carcinoma. Kanker sel ginjal. Kanker ini tumbuh di epitel tubulus proksimal, saluran kecil yang berfungsi menyaring darah dan membuang sisa metabolisme. Jenisnya Papillary Renal Cell carcinoma."

Jeda sejenak saat Dokter Rustian menghela napas. Lalu ia melanjutkan kalimatnya.

"Sudah stadium lanjut. Umumnya kanker ginjal tidak menunjukkan gejala di awal. Penyakit ini tergolong silent killer."

Calvin terhenyak. Dunianya runtuh seketika. Tidak, semua ini tidak mungkin. Namun beginilah kenyataannya. Dirinya, Calvin Wan, terkena kanker. Calvin Wan yang dikenal tangguh, tegar, konsisten, sukses, berbakat, dan tidak punya riwayat penyakit serius sebelumnya, secara tiba-tiba didiagnosis kanker stadium lanjut. Begitu mudah Allah membalikkan keadaan.

"Innalillahi wa inna ilaihi raji'un..." lirih Calvin, wajahnya menunjukkan kepasrahan total pada takdir Allah.

"Yang sabar...tetap tawakal. Allah menurunkan penyakit beserta obatnya." kata Dokter Rustian menguatkan.

"Apa saya masih punya harapan untuk sembuh?" tanya Calvin perlahan.

"Tentu saja. Asalkan kamu disiplin menjalani terapi. Dalam kondisimu sekarang, sudah tak memungkinkan untuk melakukan pembedahan. Alternatifnya adalah terapi radiasi. Embolisasi arteri juga recomended. Gunanya untuk menghalangi suplai darah ke daerah tumor itu berada. Cukup masukkan kateter dengan dipandu sinar X yang akan mengarah ke ginjal. Substan penyebab emboli arteri dan pembunuh sel kanker dapat disuntikkan. Lalu, ada juga imunoterapi. Kamu bisa mengonsumsi obat-obatan yang merangsang sistem imun untuk menyerang sel kanker. Asalkan rutin menjalani terapi, diiringi doa dan ikhtiar, kamu akan..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun