Mohon tunggu...
Muhammad Rifan
Muhammad Rifan Mohon Tunggu... -

https://biodatalantureg.blogspot.com/2019/04/biodata.html?m=1

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sembuhkan Diri Anda dari Dalil Penyakit Kegagalan

23 April 2019   09:18 Diperbarui: 23 April 2019   09:28 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pelajarilah manusia sementara Anda berpikir untuk berhasil. Pelajari mereka secara sangat cermat untuk menemukan mengapa mereka berhasil, dan kemudian terapkan prinsip penghasil sukses pada kehidupan Anda sendiri. Mulailah segera. 

Perdalamlah studi Anda mengenai manusia, dan Anda akan menemukan bahwa orang yang tidak sukses menderita penyakit pikiran yang mematikan pikiran. 

Kita menyebut penyakit ini penyakit dalih (excusitis) atau penyakit kegagalan. Setiap orang gagal mengidap penyakit ini dalam tahap lanjut, dan kebanyakan orang "rata-rata" pernah setidaknya mengalami serangan ringan penyakit ini. Anda akan mendapatkan bahwa dalih menjelaskan perbedaan antara orang yang mengalami kemajuan dan orang yang tidak. 

Anda akan mendapatkan bahwa semakin berhasil orang bersangkutan, semakin kurang cenderung ia membuat dalih. Orang yang tidak pernah ke mana-mana, dan tidak mempunyai rencana untuk tiba di suatu tempat selalu mempunyai setumpuk dalih untuk menjelaskan mengapa. 

Orang dengan prestasi sedang-sedang saja cepat sekali menjelaskan mengapa mereka belum berhasil, mengapa mereka tidak berhasil, mengapa mereka tidak dapat berhasil, dan mengapa mereka bukan orang yang berhasil. Pelajari kehidupan orang yang sukses, maka Anda akan menemukan kebenaran ini  -- bahwa semua dalih yang dibuat oleh orang yang sedang-sedang saja boleh  jadi ada, tetapi tidak dibuat oleh orang yang sukses. 

Saya tidak pernah bertemu atau mendengar tentang seorang eksekutif bisnis, perwira militer, wiraniaga, tokoh profesional yang sangat sukses atau pemimpin dalam bidang apa pun yang tidak dapat menemukan satu atau lebih dalih besar untuk mereka bersembunyi di belakangnya. Roosevelt dapat saja bersembunyi di balik tungkainya yang lumpuh; Truman dapat saja menggunaan dalih "tidak berpendidikan perguruan tinggi;" dan Eisenhower dapat saja bersembunyi di balik serangan jantung yang dideritanya. 

Seperti semua penyakit, penyakit dalih menjadi semakin buruk jika tidak diobati dengan tepat dan segera. Korban dari penyakit pikiran ini mengalami proses mental berikut ini: "Saya tidak bekerja sebaik yang seharusnya. Apa yang dapat saya gunakan sebagai alibi yang akan membantu saya supaya tidak kehilangan muka? 

Coba kita lihat, kesehatan yang buruk? kurangnya pendidikan? terlalu tua? terlalu muda? nasib buruk? kesialan pribadi? istri? cara keluarga membesarkan saya?" Segera sesudah korban penyakit kegagalan ini memilih dalih yang "bagus," ia hidup bersama dalih tersebut. Kemudian, ia mengandalkan dalih tersebut untuk menjelaskan kepada dirinya sendiri dan orang lain mengapa ia tidak maju-maju. 

Dan tiap kali korbannya membuat dalih, dalih tersebut menjadi tertanam lebih dalam di dalam pikiran bawah sadarnya. Pikiran, positif atau negatif, semakin kuat jika dipupuk dengan pengulangan terus menerus. Pada mulanya, korban penyakit dalih mengetahui alibinya sedikit banyak merupakan kebohongan. 

Akan tetapi, semakin sering ia mengulanginya, semakin yakin ia jadinya bahwa dalih itu benar sepenuhnya, dan bahwa alibi tersebut adalah alasan sebenarnya mengapa ia tidak berhasil seperti yang seharusnya. Prosedur Satu, dalam program individual Anda untuk berpikir sukses, ialah memberi vaksin diri Anda terhadap penyakit dalih, penyakit kegagalan. 

Dalih muncul dalam bermacam bentuk, tetapi jenis yang terburuk dari penyakit ini adalah dalih kesehatan, dalih inteligensi, dalih usia, dan dalih nasib. Sekarang, mari kita lihat bagaimana kita dapat melindungi diri dari keempat penyakit yang lazim ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun