Mohon tunggu...
Trie Yas
Trie Yas Mohon Tunggu... Sehari-hari bekerja sebagai Graphic design, editing foto, editing video (motion graphic). Namun tetap menulis buat menyeimbangkan hidup.

Sehari-hari bekerja sebagai Graphic design, editing foto, editing video (motion graphic). Namun tetap menulis buat menyeimbangkan hidup.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Menilik Filosofi Konsep Rangda dalam Pertunjukan “Calonarang”

22 Oktober 2015   02:48 Diperbarui: 22 Oktober 2015   03:00 692
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Tradisi di Indonesia tak bisa dipungkiri masih banyak yang berbau mistik, ritual-ritual wujud ekspresi dari kreativitas manusia yang dipelihara turun-menurun  dengan mengandung unsur keindahan meski banyak juga pelaku seni yang mulai berani menggabungkan seni tradisi menyesuaikan perubahan jaman. Tetapi pada dasarnya semua pertunjukan seni memiliki satu tujuhan selain memiliki nilai edukasi juga untuk menghibur, membuat penonton senang.

Salah satu tradisi kesenian yang menegangkan penuh unsur magis misalnya “Calonarang”. Salah satu tarian sakral dari Bali dengan menampilkan adegan-adegan yang sangat menegangkan penuh unsur magis. Identik dengan cerita antara perang dharma melawan adharma dimana disini disimbulkan dengan perwujudan Barong sebagai lambang kebenaran dan perwujudan Rangda sebagai simbul kejahatan.

Leluhur Hindhu di Bali Tarian Sakral Arja “Calonarang” merupakan warisan yang diberikan oleh Dewata untuk mengurangi kejahatan di dunia ini. Pada saat pementasan calonarang merupakan ajang bagi Dewi Durga untuk bersenang-senang yg disimbulkan dengan adanya tapakan rangda sebagai stana beliau.

Selain dari pada itu tari calonarang juga memiliki fungsi untuk memperlihatkan kekuatan yang dimiliki dari  ajaran Agama Hindhu dimana di tampilkan adegan Pengunyingan atau tarian keris. Adegan ini biasanya ditampilkan dengan Tarian rangda yang kemudian ditusuk oleh para pengunying menggunakan keris tetapi penari rangda ini tidak mengalami luka atau bisa dibilang kebal.

Konsep rangda sangat sakral dan memiliki filosofi tinggi, atau secara sekala bisa memiliki karakter butha atau sebaliknya memiliki karakter dewa, Jika salah dalam penempatan maka bisa menjadi butha dan ngrudeg (mengamuk).

Secara rohani atau niskala para penari rangda ini telah dirangsuki oleh kekuatan dari dewi durga sehingga membuatnya kebal terhadap tusukan keris. Hal ini bertujuan tiada lain adalah untuk memperlihatkan kepada umat Hindhu semuanya bahwa di Agama Hindhu memiliki kekuatan seperti itu yang langsung diterima dari Dewata sehingga para Umat Hindhu semakin yakin dengan ajaran agamanya.

Tetapi beberapa hari lalu di media masa ramai dengan berita meningggalnya penari rangda di Bali  yang tertusuk keris. Meski penari rangda masih kecil tetapi dia akan bisa memerankannya jika antara sekala dan niskala tersambung. Tetapi sesungguhnya hanya pemeran rangda sendiri yang merasakan apakah sudah terhubung dengan alam niskala apa belum.

Sementara para pemangku harus memahami bahwa pemeran rangda dan nying atau pengrancab (tukang tusuk) sudah dalam keadaan kerauhan. Jadi Para pemangku calonarang harus betul-betul siap dalam kondisi apapun, memiliki kesadaran yang tinggi serta kelebihan secara spiritual karena berhubungan dengan senjata tajam dan hubungan alam sekala dan niskala. Harus mampu  bisa mengantisipasi kecelakan-kecelakan dalam pertunjukan lebih awal.

***

 Foto: jepretan Trie yas (aka.lanang)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun