"Eh Pak Boni, makasih kopinya. Ngrepotin..", sahut Vera gagap sambil melirik kiri-kanan, takut ada yang merhatiin.
Dalam hatinya ia masih memendam rasa kesal, campur aduk antara status teman sekaligus juga sebagai bawahan yang habis kena marah atasannya, lelahnya menyelesaikan tugas mengikuti training-training yang harus dijalani hampir tiap minggu selama tiga bulan ini, dan berbagai kritikan terhadap tugas-tugas ke-HRD-an yang baru di luar bidang rekrutmen dan seleksi yang menjadi keahliannya.
Satu hal saja  yang masih menopangnya hingga hari ini, itulah doanya setiap pagi, "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku". Doa yang entah sampai kapan akan terus diucapkannya manakala hatinya merasa lemah oleh semua sikap atasannya itu.
"Vera, kita ngobrol di ruangan saya ya.", sahut manajernya itu sambil berjalan meninggalkan deretan meja staf HRD.
"Uhuk...uhuk..cuwiwii...", goda Mira, rekan sebelah mejanya hampir tak terdengar.
"Apa sih, gue sebel tauk...", jawab Vera cepat.
"Wew, jangan benci-benci amat, awas ntar jatuh cinta loh..", sambung Mira sambil tertawa puas.
"Gak, lah. Sorry dorry morry yak..", sahut Vera cepat sambil melangkah ke ruang pak Boni.
"Duduk Vera..loh kopimu mana?", sapa Boni sambil menambah sedikit gula di gelas kopinya sendiri.
"Ee, di meja pak. Ngga enak kalo dibawa kesini, takut malah bikin ngga nyaman pak Boni.", jawab vera formal.
"Ok, no problem.", sahut bosnya itu singkat.
"Vera, saya ingin menyampaikan beberapa review singkat atas kinerja kamu dalam tiga bulan ini.", lanjut pak Boni.