Mohon tunggu...
Irma Tri Handayani
Irma Tri Handayani Mohon Tunggu... Guru - Ibunya Lalaki Langit,Miyuni Kembang, dan Satria Wicaksana

Ibunya Lalaki Langit ,Miyuni Kembang,dan Satria Wicaksana serta Seorang Penulis berdaster

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Cerita tentang Hujan ] Hujan Kedua

12 Februari 2020   19:10 Diperbarui: 12 Februari 2020   19:08 2339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Irma Tri Handayani

Begitupun kamu . Kamu selalu berapi-api saat  berbagi marah karena kelakuan mantanmu . Mantanmu datang dan pergi sesuka hati. Jika dia sedang punya pacar,maka kamu ditinggalkan. Namun jika mantanmu sedang tak punya pasangan, maka dia akan datang padamu. Aku kadang ikut memaki mantanmu saking terbawa emosi.

Saat kita bertemu , katamu kamu sudah sampai batas lelah. Menjadi pacar cadangan bukan kebanggaan. Tersirat dari bibirmu ajakan padaku untuk saling memahami agar ke depannya kita menjalin hubungan lebih. Hal itu membuatku tenang.

Namun kenyataan berkata lain. Saat mantanmu datang dengan kesedihannya karena menjadi korban perselingkuhan, kamu kembali sudi menjadi pahlawannya lagi.  Lupa sudah janjimu untuk melupakannya. Berhari-hari kamu menghilang tanpa kabar. Hingga akhirnya aku mendengar kabar dari sahabatmu bahwa kamu dan mantanmu balikan.

Aku langsung menutup akses denganmu. Kuhapus dan kublokir nomormu dari ponselku. Tak pernah kutemui kamu yang datang ke rumah setelah kejadian itu.

Aku tak membutuhkan penjelasan apapun. Bagiku keputusanmu kembali dengan mantan menunjukkan bahwa memang dia tak mungkin kau hapuskan.
Beruntunglah kita tak sempat berikrar untuk jadian. Kalau ya ,maka hatiku lebih sakit . Bisa jadi dia akan terus membayangimu dan kamu memang tak siap melupakanmu.

Namun kemarin tak sengaja kita bertemu. Meskipun sudah bisa melupakan rasa  sakit,tapi tetap saja pertemuan itu bermakna. Tak bisa kupungkiri bahwa aku suka cara menatapmu. Aku selalu seperti seorang wanita yang begitu menarik di matamu.


Tak bisa kuingkari bahwa aku nyaman dengan caramu menanyakan kabar. Aku kembali ingat betapa aku suka kesabaranmu untuk mendengarkan cerita apapun yang keluar dari mulutku. Dan kembali kau mengatakan.

" Kamu tetap sama,ceria dan punya segudang kisah yang selalu menarik untuk kuikuti!" Bisa jadi aku tersanjung lagi.

Aku luluh malam itu. Aku akhirnya bersedia menghabiskan beberapa jam untuk mengobrol panjang. Marahku entah di mana.Mungkin ada satu sisi di hatiku yang sebenarnya masih merindukanmu.

Kamupun kemudian pulang setelah menceritakan kondisimu kini. Namun,kamu berjanji ,besok alias hari ini kamu akan datang kembali dan meneruskan percakapan kita. Kamu memelas agar aku menemuimu lagi.

Magrib terlewati, adzan isyapun telah pergi. Malam sudah makin meninggi. Dan hujan yang kutak harapkan ternyata turun juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun