Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

[Cerita tentang Hujan ] Hujan Kedua

12 Februari 2020   19:10 Diperbarui: 12 Februari 2020   19:08 2339 6
Namun kini aku mengharap hujan tak turun sembari sesekali melihat jam. Mungkin selepas magrib atau selepas isya , kamu
akan datang ke rumahku seperti janjimu, kemarin.Rasanya jarum jam bergerak lambat saat kita sedang menunggu seseorang.

Ngomong-ngomong tentang hujan, ada satu hujan yang takkan kulupa. Hujan yang terjadi di saat kita pertama kali jalan. Jalan arti sesungguhnya , yaitu melangkahkan kaki dari kampusmu hingga rumahku.  Karena aku selesai kuliah lebih awal maka kita sepakat,kalau aku yang menjemputmu.

Kamu mengajakku jalan dengan alasan agar kita bisa kenyang berbagi cerita. Meskipun baru pertama kalinya aku  berjalan kaki,namun ternyata kusuka.

Saat baru setengah jalan, hujan tiba-tiba turun. Namun bukannya menepi kita malah memilih terus membelah jalan dalam hujan. Entah ide siapa,aku lupa.

Persis seperti anak kecil yang gembira menikmati bermain air,itulah kita. Dinginnya badan yang semakin lama semakin basah benar-benar tak terasa. Obrolan masa lalu membuat kita lupa waktu.

Hingga hujan berhenti dan matahari kembali menyembul kita masih berjalan.  Lebih dari 10 km kita lewati,dengan baju nyaris  mengering di badan. Ah,ingatkah kamu hujan pertama kita?

Entah mengapa aku memilih menunggumu lagi kali ini. Padahal sudah hampir 2 tahun aku tak pernah mengharapkanmu hadir. Semenjak kau kembali pada mantanmu ,aku sudah menjauh darimu.

Aku memilih tak bertemu denganmu untuk sekedar  meredam emosiku. Sebenarnya aku tak punya hak untuk marah. Aku belum jadi pacarmu. Namun saat itu, aku terlalu yakin akan segera menjadi pacarmu.

Seringnya kita saling mendukung, seringnya kita saling curhat, dan seringnya kita jalan bersama membuatku yakin jadian hanya tinggal menunggu waktu saja.

Aku dan kamu tak pernah menyembunyikan apapun. Aku berdarah-darah menceritakan perjuanganku melupakan mantanku. Lalu kamu mengeluarkan kata-kata bijak yang menguatkanku untuk menyempurnakan proses sembuh.

Begitupun kamu . Kamu selalu berapi-api saat  berbagi marah karena kelakuan mantanmu . Mantanmu datang dan pergi sesuka hati. Jika dia sedang punya pacar,maka kamu ditinggalkan. Namun jika mantanmu sedang tak punya pasangan, maka dia akan datang padamu. Aku kadang ikut memaki mantanmu saking terbawa emosi.

Saat kita bertemu , katamu kamu sudah sampai batas lelah. Menjadi pacar cadangan bukan kebanggaan. Tersirat dari bibirmu ajakan padaku untuk saling memahami agar ke depannya kita menjalin hubungan lebih. Hal itu membuatku tenang.

Namun kenyataan berkata lain. Saat mantanmu datang dengan kesedihannya karena menjadi korban perselingkuhan, kamu kembali sudi menjadi pahlawannya lagi.  Lupa sudah janjimu untuk melupakannya. Berhari-hari kamu menghilang tanpa kabar. Hingga akhirnya aku mendengar kabar dari sahabatmu bahwa kamu dan mantanmu balikan.

Aku langsung menutup akses denganmu. Kuhapus dan kublokir nomormu dari ponselku. Tak pernah kutemui kamu yang datang ke rumah setelah kejadian itu.

Aku tak membutuhkan penjelasan apapun. Bagiku keputusanmu kembali dengan mantan menunjukkan bahwa memang dia tak mungkin kau hapuskan.
Beruntunglah kita tak sempat berikrar untuk jadian. Kalau ya ,maka hatiku lebih sakit . Bisa jadi dia akan terus membayangimu dan kamu memang tak siap melupakanmu.

Namun kemarin tak sengaja kita bertemu. Meskipun sudah bisa melupakan rasa  sakit,tapi tetap saja pertemuan itu bermakna. Tak bisa kupungkiri bahwa aku suka cara menatapmu. Aku selalu seperti seorang wanita yang begitu menarik di matamu.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun