Mohon tunggu...
Lailatul Q
Lailatul Q Mohon Tunggu... Freelancer - blogger

Guru, Blogger, Traveller

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Mencintai dan Menjaga Pasangan dengan Ini

1 Agustus 2021   08:30 Diperbarui: 1 Agustus 2021   08:33 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Akhirnya sekalipun belum pernah bertemu dengannya, saya yakin dia orang baik-baik. Maka  saya telah memutuskan untuk menunggunya untuk dua tahun kedepan, dengan konsekuensi menutup saluran hubungan dengan orang lain. FOKUS.

Semua terjadi begitu singkat. Telpon nyasar itu, perkenalan itu, ungkapan itu, sekarang berujung pada komitmen. Hati saya telah memilih, maka saya siap atas segala kemungkinan terburuk sekalipun.

Setelah obrolan singkat itu, tidak ada lagi obrolan ke dua, ketiga dan seterusnya. Kami putus komunikasi. Dengan komitmen masing-masing saya tanamkan kuat-kuat dalam hati bahwa saya akan menunggunya dan memilihnya untuk menjadi rekan seiman saya mengarungi bahtera hidup di masa depan.

Dua hari setelahnya Abah meminta saya utnuk segera kembali kepondok saya di Jepara untuk melanjutkan program salafiyah saya untuk satu tahun kedepan. Kami benar-benar tidak ada komunikasi.

Masa Penantian, Saya Kirim Fatihah

Selama menunggu masa dua tahun habis, ternyata memepertahankan komitmen tidak semudah yang saya bayangkan sebelumnya. Beberapa kali Abah mendatangi saya memberitahu bahwa ada seseorang yang melamar. Abah mendesak untuk menerima salah satunya. Ada Khairul Alfin putra sahabat Abah dari Paiton, Nizami Faruq dari Brebes, Syauqi Aksyaf sepupu dari Pati, tapi sejauh ini Alhamdulillah selau bisa saya hindari.

Saya memang belum bilang apapun perihal Anam kepada Abah. Khawatir Anam ingkar janji sekalipun saya yakin dia pasti datang. Cinta butuh perjuangan pikir saya kala itu. Saya percaya dengan kekuatan do'a. Menjadikannya rekan seiman telah menjadi do'a saya sejak pertama kali berkomitmen utnuk menunggunya. Maka usaha saya juga saya selingi dengan do'a dan ikhtiyar.

Setiap kali Abah mendesak saya untuk menerima pinangan seseorang, selalu dengan tegas saya tolak. Kala itu saya mulai merasa tertekan. Tak mau menyerah, saya kirimkan fatihah khusus Abah dan Umi.

"Khusushan ila Abah dan Umi semoga saya hanya dinikahkan dengan orang Madura itu. Alfatihah,,,"

Itu adalah salah satu mantra saya untuk mempertahankan Anam. Entah kenapa perasaan yakin ini begitu kuat. Padahal perkenalan kami begitu singkat, belum pernah bertemu, ngobrolpun hanya sebentar. Tapi caranya meluluhkan hati sayalah yang berbeda dan membuat saya merasa yakin. Seketika saya merasa nyaman dan pas dengannya. Karena saya tidak suka dengan lelaki yang terlalu banyak mengobral. Cara dia mendekati dan melunakkan hati saya itu yang keren. Sulit terbayangkan menemukan sepertinya di zaman sekarang. Itulah sebab saya terpikat untuk pertamakalinya dan semoga juga jadi yang terkhir. bibarakatilfatihah,,,,

Tidak hanya itu, suatu hari Abah kembali meminta saya untuk menerima pinangan anak sahabat beliau. Lagi-lagi dengan sopan saya tolak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun