Mohon tunggu...
Lailatul Chomariah
Lailatul Chomariah Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Universitas Muhammadiyah Jakarta, Penerima Beasiswa Program 1000 Da'i BAMUIS BNI

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dzikir dalam Sunyi, Cahaya dalam Gelap

11 Mei 2025   21:39 Diperbarui: 11 Mei 2025   21:44 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di tengah kesibukan dunia yang riuh dan penuh distraksi, jiwa manusia sering kali merasa kosong, gelisah, bahkan kehilangan arah. Kesunyian bukan lagi tempat berlindung, melainkan sesuatu yang menakutkan. Namun bagi seorang hamba yang sadar akan kebesaran Tuhannya, kesunyian justru menjadi ruang terbaik untuk mendekat, merenung, dan berdzikir. Dalam sunyi, kita bisa mendengar suara hati yang selama ini terpendam oleh kebisingan dunia.

Dzikir, mengingat Allah dengan lisan dan hati, bukan sekadar lantunan kata, melainkan bentuk komunikasi yang paling dalam antara hamba dan Penciptanya. Ketika hati gelap karena dosa, lelah karena ujian, dan goyah karena godaan, dzikir menjadi lentera yang menerangi jalan. Ia mampu menenangkan jiwa yang resah, menguatkan iman yang melemah, dan menghadirkan rasa cukup meski dunia tampak sempit.

Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman: "Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang" (QS. Ar-Ra'd: 28). Ini bukan sekadar janji, tapi kenyataan yang dirasakan oleh mereka yang membiasakan dzikir dalam kesehariannya. Seringkali, di saat manusia lain bersandar pada logika dan kekuatan duniawi, seorang yang berdzikir justru menemukan jawaban dan kekuatan dari sesuatu yang tak terlihat, namun sangat nyata, yaitu kedekatan dengan Allah.

Dzikir juga mengajarkan kita untuk hadir secara utuh dalam momen kini. Ketika lidah mengucap "Subhanallah", "Alhamdulillah", atau "Laa ilaaha illallah", sesungguhnya hati sedang dilatih untuk berserah, bersyukur, dan bergantung hanya kepada-Nya. Kegiatan ini sederhana, tapi dampaknya mendalam: dari menenangkan pikiran hingga membentuk karakter yang lebih sabar, lembut, dan rendah hati.

Akhirnya, dzikir dalam sunyi bukanlah pelarian dari dunia, tapi bentuk perlawanan terhadap kegelapan batin. Dalam sunyi, kita belajar bahwa Allah selalu ada, meski semua pergi, meski tak ada cahaya selain dari-Nya. Dzikir bukan sekadar amalan ibadah, tapi juga terapi ruhani yang menyucikan hati dan menyalakan kembali cahaya iman. Maka, jangan takut pada kesunyian, temuilah Allah di sana.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun