Mohon tunggu...
Komunitas Lagi Nulis
Komunitas Lagi Nulis Mohon Tunggu... Penulis - Komunitas menulis

Komunitas Penulis Muda Tanah Air dari Seluruh Dunia. Memiliki Visi Untuk Menyebarkan Virus Semangat Menulis Kepada Seluruh Pemuda Indonesia. Semua Tulisan Ini Ditulis Oleh Anggota Komunitas LagiNulis.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Harus Bagaimana?

26 Juni 2022   21:47 Diperbarui: 27 Juni 2022   14:37 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Saat semua telah meninggalkan kelas aku masih berdiam diri di dalam dan hal itu bukan tanpa alasan. Aku akan mencatat nomer Pak Rian yang tadi tidak sempat kucatat, karena merasa gengsi tadinya jadi kuputuskan mencatat saat yang lain sudah meninggalkan kelas. Entah apa yang ada di pikiran hingga tergerak untuk menyimpan nomernya hmm entahlah.

Malam pun tiba, aku bingung harus melakukan apa malam ini karena tugas telah kuselesaikan selepas pulang sekolah. Aku mengambil hp ku yang sedang kuisi dayanya dan membuka aplikasi WhatsApp dan aku teringat akan nomer Pak Rian yang sempat kucatat di buku tadi siang.

Aku bergegas mengambil buku tadi lalu menyimpan nomer Pak Rian di wa-ku. Namun tiba-tiba saja aku ingin menghubunginya, ahh yang benar saja aku seorang siswi menghubungi guru pada malam hari tapi salahnya ku rasa dia tak akan keberatan juga akan hal tersebut.

"Assalamu'alaikum, Pak." pesan awal yang ku kirimkan padanya. Wa-nya centang satu, mungkin sudah tidur namun yang benar saja ini baru pukul 20.15, mana mungkin laki-laki bisa tidur secepat itu. Selang beberapa menit terdengar suara notifikasi masuk di wa dan ya, benar dugaanku, itu pesan balasan dari Pak Rian.

"Wa'alaikumsalam, siapa?" balasnya.

"Maaf Pak, saya Eyzah siswa kelas 12 IPS yang bapak masuk siang tadi. Saya izin menyimpan nomer bapak boleh?" balasku kembali.

"Oh ya boleh, maaf mungkin saya sedikit lupa dengan wajahmu."

"Ah, iya tidak apa-apa, Pak! Nanti juga akan teringat selalu," dengan tanpa rasa malu aku balas seperti itu pada guru PPL ini.

"Haha bisa saja, rasanya sedikit berbeda ya jika kamu memanggil saya pak di ruang chat ini," balas. Wahh apa ini batinku.

"Lalu bagaimana?"

"Kamu bisa panggil saya kak atau bang biar lebih akrab." Sungguh di luar dugaanku, ia akan membalas seperti itu. Jujur saja aku semakin tidak karuan. Ya Tuhan, apa yang terjadi ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun