Mohon tunggu...
Komunitas Lagi Nulis
Komunitas Lagi Nulis Mohon Tunggu... Penulis - Komunitas menulis

Komunitas Penulis Muda Tanah Air dari Seluruh Dunia. Memiliki Visi Untuk Menyebarkan Virus Semangat Menulis Kepada Seluruh Pemuda Indonesia. Semua Tulisan Ini Ditulis Oleh Anggota Komunitas LagiNulis.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Luka Di Penghujung Tahun

26 Juni 2022   11:02 Diperbarui: 27 Juni 2022   14:36 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pixabay.com/photos/girl-walking-teddy-bear-child-walk-447701/

Oleh: Nurfauziah

    Dingin malam ini menusuk hingga relung hatiku. Pikiranku kalut akan pesan yang kuterima. Sakit dan kecewa itulah yang kurasakan saat ini.

    Tak terasa aku telah menyelesaikan pendidikanku di SMA dan hari ini tepat untuk pertama kalinya masuk kampus. Aku berkuliah di salah satu perguruan tinggi di daerahku dengan jurusan Ilmu Komunikasi. Selain berkuliah di kampus aku juga memilih untuk tinggal di asrama kampus, ini adalah kehendak orang tuaku dan aku tak bisa membantahnya. Seringnya terdengar berita miring saat tinggal di asrama membuatku sulit menerima ini tetapi semua hal buruk yang pernah kupikirkan ternyata tidaklah terjadi. 

    Sebulan lebih telah kulalui sebagai seorang mahasiswa dan juga mahasantri. Cukup berat dan melelahkan aktivitas yang kujalani saat ini. Pagi hingga sore harus menuntut ilmu di kampus dan malam hari dilanjutkan menuntut ilmu di asrama. Namun, terlepas dari itu semua terkadang aku merasa beruntung bisa berada di posisi saat ini, tak semua orang mendapatkan kesempatan yang sama dan banyak di luar sana mahasiswa ingin berada di asrama juga tetapi untuk tinggal di sini terdapat batasan. 

    Asrama kampus ada dua, untuk mahasantri laki-laki dan mahasantri perempuan. Dalam satu kamar dihuni oleh tiga orang. Sama halnya di kamarku, teman sekamarku keduanya adalah kakak tingkat dan satu diantara mereka adalah mahasantri lama. Namakakak itu adalah Mumut dan Kak Oza. Kak Mumut selalu berbagi pengalaman dan ceritanya ketika pertama kali menjadi mahasantri. Kedua kakak ini sudah kuanggap seperti kakak sendiri, setiap malam kami selalu berbagi cerita, mengerjakan tugas, dan murajaah bersama. Kak Mumut dan Kak Oza juga selalu memberikan nasihat dan semangat kepadaku selama berkuliah.

    Malam ini suasana sedikit berbeda. Hanya ada aku dan Kak Mumut yang sedang tertidur karena sedang demam dan Kak Oza berada di kamar depan menemani temannya yang juga sendirian. Hujan deras membasahi lingkungan asrama. Hari menunjukkan pukul 23.45 dan malam ini aku harus begadang karena ada tugas kampus yang belum selesai. Jujur perasaanku tidak enak sekali, kamar yang dilanda kesunyian membuatku bepikir jauh.

    "Zah Zah." Aku seperti mendengar seseorang memanggil namaku dari balik jendela kamar.

    Aku kembali melanjutkan tugasku, kuabaikan suara itu walaupun hatiku sudah gelisah dan takut akan apa yang kudengar.

    "Zah Zah." Oke kukira cukup sampai disini saja kumengerjakan tugas ini. Ini sudah tidak beres karena teman di sebelah kamarku sudah tidur. Lalu siapa yang memanggil itu jika bukan hal lain. Aku pun tidur dan menutupi seluruh tubuh dengan selimut dan memakai headset agar tidak mendengar suara-suara aneh itu lagi.

    Tengg Tengg . . .

    Hari menunjukkan pukul 03.50 dan aku akan bersiap-siap untuk mengikuti kegiatan subuh di masjid asrama. Untuk kejadian malam tadi aku belum menceritakannya kepada Kak Mumut dan Kak Oza. Setelah bersiap-siap aku juga menunggu Kak Oza untuk bersama turun dan Kak Mumut masih sakit jadi ia akan izin ikut kegiatan subuh ini.

    "Kak Oza. Nanti mau setor berapa surat?" ujarku.

    "Sepertinya tidak sampai satu surat karena beberapa ayat terakhir itu cukup panjang dan Kakak tidak sanggup haha." jawabnya

    "Hihi iyaa kak. Aku pun sudah sampai di surat yang ayatnya panjang-panjang loh dan kemarin ustazah mengatakan boleh beberapa ayat saja disetorkan asal jangan tidak setor" jawabku kembali.

    "Iyaa benar. Karena kita juga sudah akan selesai di asrama kan? Minggu depan sudah harus ujian setelah itu perpisahan." jawabnya.

    " Iya Kak, tidak terasa ini sudah memasuki bulan keempat kita di sini." 

    Aku dan Kak Oza bergegas memasuki masjid karena sudah azan Subuh. Setelah mengikuti salat Subuh berjamaah aku kembali ke kelompok belajar untuk setoran surat. Walaupun tidak begitu baik dalam mengaji namun aku selalu berusaha secara perlahan menambah hapalanku. Satu jam kegiatan Subuh di kelompok kami kembali ke kamar masing-masing.

    Hari ini aku tidak ada jadwal kuliah sehingga memutuskan untuk berada di asrama saja. Saat ini aku sedang berbaring di kamar sembari bermain hp dan tak sengaja melihat postingan mantan guruku magangku dulu yang telah melaksanakan wisuda dan aku mengucapkan selamat kepadanya.

    "Assalamualaikum, Bu. Selamat atas gelar barunya yaa." ujarku.

    "Waalaikumussalam, Izah. Terima kasih, yaaa."

    "Iyaa, Bu. Sama-sama."

    "Abang itu belum, bantu semangatin yaa. Tanyain kabar juga butuh semangat lebih tuh sekarang" ucapnya. Meski ia hanya mengatakan Abang itu namun aku tahu siapa yang ia maksud.

    Langit terlihat mulai menggelap. Suara azan Magrib kembali berkumandang, aku bersiap-siap untuk menuju ke masjid dan mengikuti kegiatan malam. Ingatkan aku nanti untuk menghubungi Abang yang dimaksud Bu Mera tadi. 

    Setelah kegiatan malam aku kembali ke asrama bersama teman kelompokku. Mereka Beberapa dari merupakan pendatang yang sedang menuntut ilmu di sini. Kamarku dan mereka juga terpisah namun kami selalu berkumpul bersama jika makan malam atau ada tugas kelompok. 

    Sesampainya aku di kamar. Aku menyimpan buku, Al-Qur'an dan juga mukena di lemari. Ketika akan mengambil hp di dalam tas di saat itu juga hpku berdering dan saat kulihat ada panggilan masuk dari Abang yang kuniatkan akan kuhubungi. Lalu aku menerima panggilan tersebut, jujur aku merasa canggung karena hampir setengah tahun lamanya kami tidak pernah berkomunikasi tepatnya setelah ia mengatakan ia telah dijodohkan. Hingga aku memutuskan untuk tidak lagi mengganggu hidupnya. Namun takdir berkata lain, ia kembali tanpa kuminta.

    "Assalamualaikum. Apa kabar?" ucapnya

    "Waalaikumussalam. Aku baik, bagaimana dengan Abang?" jawabku

    "Aku baik juga. Terima kasih sudah menerima panggilanku." ucapnya

    "Iyaa. Aku mendengar berita Bu Mera tadi wisuda mengapa Abang tidak." ucapku dengan penuh hati-hati.

    "Hmm. Sudah kuduga kamu akan menanyakan itu. Biaya wisuda cukup besar dan aku sedang memiliki masalah dengan pembimbing. Sehingga membuatku sulit untuk wisuda tahun ini. Mengapa?" jelasnya.

    "Humm seperti itu. Semangat yaa semoga tahun depan bisa ikut wisuda. Tidak apa-apa aku hanya bertanya saja." 

    " Baiklah. Bagaimana kuliahmu?"

    "Ahh iyaa lancar. Alhamdulillah."

    "Baguslah, kamu juga semangat kuliah."

    Tak lama setelah itu Kak Mumut dan Kak Oza masuk ke kamar dan aku merasa tidak enak jika harus menelpon laki-laki di jam ini. Hingga aku memutuskan untuk mengakhiri panggilan telpon kami.

    "Hmm Bang. Maaf ya, sepertinya itu sudah mulai larut. Mungkin besok bisa dilanjutkan di WhatsApp saja jika ada yang perlu dibicarakan."

    "Oh Oke. Selamat malam."

    Ia pun memutuskan panggilan. Sejak malam itu aku kan ia terus menjalin komunikasi hingga memasuki minggu ketiga ia hilang tanpa kabar. Aku tak tahu harus bagaimana, nomer WhatsApp-nya sudah tidak bisa kuhubungi hingga kuputuskan menunggu ia saja yang menghubungi.

    Hari ini adalah hari perpisahan di asrama dan tepat dua minggu aku kehilangan kabar tentang dirinya. Aku memutuskan untuk kembali menghubungi namun tidak melalui WhatsApp tetapi hanya sebatas pesan biasa (sms).

    "Assalamualaikum Abang.

    Sudah dua minggu ini tidak ada kabar. Kuharap kamu baik-baik saja.

    Aku tahu tidak mudah untuk kamu saat ini. Aku hanya bisa memberikans semangat

    Hanya melalui pesan ini. Aku yakin kamu bisa melaluinya. 

Terima kasih."

    Satu jam kumenunggu balasan namun belum juga kudapatkan. Aku berharap ia akan membalas pesan ini. Semoga saja.

    Tingg... 

    Terdengar notifikasi masuk ke hp-ku, kuharap ini adalah pesan dari dirinya dan benar ini balasan pesan yang kutunggu.

    "Sudahlah jangan mengganggu aku lagi, aku tidak butuh semangat darimu.

    Tidak perlu kamu menyemangatiku bahkan semangat dari orang tuaku saja ku abaikan.

    Sekali lagi jangan ganggu aku."

    Degg... 

    Beginikah penutup kisah ceritaku di akhir tahun ini? Menyakitkan. Jadi, apa yang selama ini kuberikan tak berarti? Tak berguna? Baiklah. Baru satu bulan ia kembali setelah sekian lama menghilang. Kukira semua akan kembali damai ternyata semakin menyakitkan. Jika kehadiranku mengganggu dirinya, baiklah tidak akan kutampakkan wajah ini. Terima kasih dan kisah ini tertutup dengan luka di akhir tahun yang harusnya bahagia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun