Mohon tunggu...
Komunitas Lagi Nulis
Komunitas Lagi Nulis Mohon Tunggu... Penulis - Komunitas menulis

Komunitas Penulis Muda Tanah Air dari Seluruh Dunia. Memiliki Visi Untuk Menyebarkan Virus Semangat Menulis Kepada Seluruh Pemuda Indonesia. Semua Tulisan Ini Ditulis Oleh Anggota Komunitas LagiNulis.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aryo

23 Juni 2022   18:58 Diperbarui: 23 Juni 2022   19:00 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Shlomaster dari Pixabay

"Bekalnya jangan lupa dihabiskan ya, Nak," pesan ibu. Aryo pun mengiyakan sembari melangkah meninggalkan rumah.

Jarak sekolah ke rumah Aryo tak jauh. Masih dalam satu kelurahan. Cukup berjalan kaki 15 menit saja sudah bisa sampai di sekolah. Pak satpam menyambut di gerbang sekolah sembari menikmati kopi susunya. Tak lama kemudian bel tanda masuk pun berbunyi.

Ah untung saja aku tidak terlambat, pikir Aryo.

Tepat pukul sepuluh, jam istirahat pun datang. Anak-anak berlarian menuju kantin. Mengisi perut mereka yang sudah kelaparan sejak tadi. Berbeda dengan Aryo, ia tidak ke kantin karena punya bekal makanan dari ibu. Sebenarnya banyak juga yang membawa bekal, tapi biasanya anak orang kaya bekalnya mewah-mewah. Tak seperti Aryo yang hanya nasi dan telur dadar di atasnya.

"Minta duit ke bapakmu sana! Biar bisa jajan ke kantin atau bisa bawa bekal yang enak dikit. Oh iya lupa, enggak punya bapak ya? Dasar yatim! Ups," ucap salah seorang anak perempuan di kelas.

Aryo pun marah sejadi-jadinya. Dia pun memukul pipi anak tersebut sekuat yang dia bisa. Marah, sedih, dan senang bercampur dalam pukulan itu. Marah karena dia sudah dihina, sedih karena dia kangen ayah, dan senang karena dia berhasil memberikan pelajaran ke anak itu. Anak perempuan itu terdiam, sedetik kemudian menangis dan berlari meninggalkan kelas.

Aku menang, pikir Aryo.

Aryo pikir masalahnya sudah selesai. Dia sudah menang. tapi ternyata tidak. Anak perempuan itu mengadu pada orang tuanya yang kaya. Mereka merupakan salah satu donatur di sekolahnya.

Ibu Aryo pun dipanggil ke sekolah, diberikan peringatan pertama oleh kepala sekolah. Jika Aryo mengulanginya sekali lagi, maka dengan berat hati akan dikeluarkan dari sekolah. Tentu sang ibu tak ingin ini terjadi.

Di rumah, Aryo dimarahi habis-habisan oleh ibu. Jajannya dipotong. Biasanya dengan uang jajan itu, Aryo bisa menabung untuk beli buku bekas di pasar loak. Itu pun perlu waktu satu bulan. Sekarang? Mungkin butuh waktu yang lebih lama lagi.

"Siapa yang mengajari untuk kasar pada orang? Malah yang ini perempuan lagi. Ibu juga perempuan, Nak! Kalau kamu kasar sama temanmu yang perempuan, itu sama artinya kamu kasar sama ibu," ucap ibu sambil emosi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun