Mohon tunggu...
Komunitas Lagi Nulis
Komunitas Lagi Nulis Mohon Tunggu... Penulis - Komunitas menulis

Komunitas Penulis Muda Tanah Air dari Seluruh Dunia. Memiliki Visi Untuk Menyebarkan Virus Semangat Menulis Kepada Seluruh Pemuda Indonesia. Semua Tulisan Ini Ditulis Oleh Anggota Komunitas LagiNulis.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aryo

23 Juni 2022   18:58 Diperbarui: 23 Juni 2022   19:00 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Shlomaster dari Pixabay

Aryo hanya terdiam. Tak tahu harus menjawab apa. Ia tidak mengira masalahnya akan sejauh ini. Lagipula, niat awalnya adalah untuk membela diri. Walaupun sudah dijelaskan berkali-kali pun, kepala sekolah bahkan ibu juga tidak percaya. Aryo pun terpaksa meminta maaf.

Besoknya, Aryo pikir masalahnya sudah selesai ketika di kantor kepala sekolah kemarin, tapi ternyata perundungan yang dilakukan oleh teman-teman sekolahnya makin sering, keras, dan seperti tak ada ampun.

Aryo pun lagi-lagi terprovokasi. Satu anak lagi-lagi jadi korban. Seperti kemarin, ibunya dipanggil kembali.

"Saya sudah peringatkan kemarin. Dan dengan berat hati, Aryo kami kembalikan kepada ibu ke rumah," ucap kepala sekolah. Ah, betapa hancur hati sang ibu ketika mendengar kata itu.

Aryo pun menjalani hari-hari di sekolah barunya. Lumayan jauh dari rumah karena harus menggunakan angkot. Dan Aryo suka dengan angkot karena dia bisa menemukan kata "teman" di sana. Sopir angkot, kernet terminal, pedagang asongan, pengamen, ibu-ibu warung kopi, semuanya selalu larut dalam obrolan panjang bersama Aryo. Inilah yang membuatnya sering bolos di sekolah barunya. Ia lebih memilih nongkrong di terminal daripada belajar di sekolah.

Aryo pun tumbuh menjadi anak yang dewasa cara berpikirnya. Lebih dewasa dari anak seusianya. Lihatlah! Dia bahkan memilih membantu abang-abang pengamen di lampu merah untuk mendapat tambahan jajan daripada harus minta ke ibu.

Tapi sayang, pergaulan Aryo menjadi bebas sebebas-bebasnya. Kini ia mulai merokok, kosakata yang tidak pernah ada dalam keluarga kecil itu. Dia juga mulai sering pulang malam.

"Belajar kelompok, bu," jawabnya ketika ditanya kenapa selalu pulang malam. Padahal dia baru selesai main kartu di terminal.

Andai Aryo tahu penyakit ibunya selama ini, mungkin dia tak akan berbuat sejauh itu. Dia tidak pernah tahu ibunya selalu ke rumah sakit sekali seminggu untuk mengecek penyakitnya. Setiap hari Kamis. Aryo tidak pernah tahu itu.

"Nak, salat subuh dulu!" ucap ibu di suatu pagi.

"Bu, Aryo baru sampai di rumah, tidur juga belum sampai lima menit, nanti aja bisa ga sih?" jawab Aryo dengan nada tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun