Namun, tekanan modern terhadap sumber daya air Yordania---salah satu negara dengan krisis air terburuk di dunia---telah mengubah aliran yang pernah melimpah menjadi sesuatu yang jauh lebih kecil dari apa yang mungkin pernah disaksikan oleh Musa dan kaumnya.
Legenda dan kenyataan bertabrakan di tempat seperti ini. Bagi seorang pengunjung yang skeptis, Ain Musa mungkin hanyalah mata air kecil di antara banyak sumber air lain di kawasan ini. Namun, bagi para peziarah yang datang dengan keyakinan, tempat ini lebih dari sekadar sumber air---ini adalah bukti sejarah yang hidup, tempat di mana sebuah kisah besar pernah terjadi, atau setidaknya, dihidupkan kembali dalam ingatan kolektif manusia.
Bagi wisatawan yang berkunjung ke Petra, singgah di Ain Musa memberikan perspektif tambahan tentang hubungan antara sumber daya air dan peradaban manusia. Sejarah, geologi, dan ekologi bertemu di tempat ini, mengingatkan kita akan pentingnya menjaga sumber daya alam yang rapuh. Di tengah tantangan perubahan iklim, keberlanjutan Ain Musa menjadi simbol ketahanan alam dan keseimbangan antara manusia dengan lingkungannya.
Saat matahari mulai turun, mewarnai tebing-tebing batu pasir dengan semburat merah dan emas, para pengunjung terakhir meninggalkan Ain Musa. Air masih mengalir, pelan tapi pasti. Mungkin inilah warisan sejati tempat ini: bukan hanya tentang mukjizat atau sejarah, tetapi tentang daya tahan---seperti air yang tak henti-henti mencari jalannya sendiri, tak peduli seberapa keras batuan di sekelilingnya.
Jkt/16022025/Ksw/123
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI