Mohon tunggu...
Kusworo
Kusworo Mohon Tunggu... Penjelajah Bumi Allah Azza wa Jalla Yang Maha Luas Dan Indah

Pecinta Dan Penikmat Perjalanan Sambil Mentafakuri Alam Ciptaan Allah Swt

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cancel Culture : Ketika Pengadilan Massa Digital Menjatuhkan Vonis

14 Februari 2025   13:00 Diperbarui: 15 Februari 2025   18:02 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cancel Culture Vonisnya cepat bagaikan kilat | themaverickobserver.com

Call Out Culture bisa efektif untuk isu-isu besar dan mendesak, tetapi sering kali memperburuk polarisasi. Sementara itu, Call In Culture menawarkan pendekatan yang lebih manusiawi, memungkinkan orang untuk belajar dari kesalahan tanpa dihukum secara sosial. Keseimbangan antara keduanya bisa menciptakan budaya diskusi yang lebih sehat dan produktif.

Bila Kita Dalam Posisi Ter "Cancel"

Dalam posisi canceling, seseorang pasti merasa terpojokan dengan segala beban psikologis yang dihadapi. Dalam situasi ini dibutuhkan ketenangan diri. Karena mengatasi cancel culture secara efektif tergantung pada situasi, konteks, dan tingkat kontrovesi yang dihadapi.

Diperlukan strategi tersendiri untuk meresponnya secara bijak dengan tetap menjaga reputasi diri. Lakukan evaluasi situasi dengan tenang. Bertanyalah dalam diri, apakah kritik ini valid atau hanya kesalahpahaman semata? Yang melakukan dari mayoritas atau hanya kelompok kecil yang vocal? Apakah mereka memiliki bukti atau fakta kuat yang mendukung atas tuduahn ini?

Evaluasi semua pertanyaan tersebut. Temukan jawaban yang hakiki. Jika memang kesalahan itu terjadi karena faktor dari diri kita sendiri, baik karena teledor, kealfaan, atau ketidaktahuan kita (karena sok tahu), maka strategi responnya pun akan berbeda, dibandingkan jika tuduhan tersebut semata berdasarkan kesalahfahaman atau informasi yang di plintis atau sengaja di "goreng".

Jika kita bener-benar mengevaluasi dan menginstropeksi diri, dan ternyata kita benar bersalah, maka Langkah bijak yang harus dilakukan adalah, mengakui dan meminta maaf dengan tulus tanpa "excuse", lalu berusaha memperbaiki diri.

Minta maaflah kepada publik dengan jelas dan ringkas. Katakan pada publik tindakan konkrit apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki kesalahan yang telah diperbuat. Bila perlu, tunjukan perubahan tersebut dengan mendukung atau berpartisipasi dalam Gerakan yang relevan.

Perlu dihindari membela diri dengan arogan bahkan menyalahkan publik, yang semuanya akan membuat publik semakin naik pitam dan melakuan cancel culture dengan intensitas lebih parah lagi. Dan jangan pernah melakukan permintaan maaf yang terkesan tidak tulus atau defensif. Semua akan terlihat jelas dari gestur tubuh, nada bicara dan materi yang kita sampaikan. Seakan Publik punya indra keenam untuk mendeteksinya.

Kasus Cancel Culture pernah dialamai James Gunn (Sutradara Guardian of the Galaxy), karena tweet lamanya yang kontroversial. Gunn memingta maaf dengan tulus dan akhirnya direkrut kembali oleh Disney.

Bila ternyata tuduhan tersebut tidak berdasar, hanya pemelintiran data, atau "penggorengan" statement yang dipenggal tidak utuh, atau tidak pada kontkesnya, maka bertahanlah dengan fakta yang kita miliki. jangan langsung meminta maaf, tetapi gunakan fakta untuk membela diri.

Kita gunakan bukti konkret, baik berupa dokumen, rekaman, atau hadirkan saksi, untuk melawan tuduhan palsu, pemelintiran data, atau "Penggorengan" issue. Klarifikasikan posisi kita dengan wawancara atau pernyataan publik yang mendukung atau mengetahui kejadian sesungguhnya. Dan yang terpenting, jangan pernah terprovokasi atau bereaksi emosional di media sosial.

Dave Chappelle seorang komedian Amerika yang dikenal dengan gaya humor satir, tajam, dan tanpa sensor, terutama dalam acara stand-up comedy-nya serta di Chappelle's Show (2003-2006), berhasil menjelaskan posisinya dengan lebih rinci di media dan berhasil menghadapi protes akibat stand-up comedinya. Cancel culture yang dihadapi nya dapat diselesaikan dengan bijak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun