Mohon tunggu...
kus aprianto
kus aprianto Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi Rinai Senja

17 April 2018   09:55 Diperbarui: 17 April 2018   10:14 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rinai dan rintik belum usai
kelu tulang
tertusuk dingin senja
terdengar suara Adzan Magrib
dari Mushola di dusunku
dilafalkan mengundang bakti pada Hyang Khalik
adakah aku telah berbakti?
tak hanya dalam seremoni dan liturgi
dentang lonceng gereja membahana
menembus rintik di senja ini
mengundang sembah pada Hyang Widhi
adakah aku telah berdoa
bukan hanya ritual belaka
Rinai dan rintik masih juga turun
dingin kulit ini
Mengapakah aku tak setangguh dedaunan
menyatu padu dalam dingin
di mandi mereka pada derai hujan
mengapa aku tak seliat ranting
menerma terpaan hawa panas dan dingin
mengapa aku tak seliat akar
menyatu pada tanah menyerap energi hidup
aku ingin belajar dari derai hujan, tanah, air, ranting dan dahan
tentang jalan kehidupan
Rinai dan rintik masih terus turun
mari kita serap
kita reguk
biarkan menembus tulang dan sungsum
menyatu dalam darah dan detak jantung
memendarkan aura
demi cinta
cintamu
cintaku
cinta kita

Minggu Legi, 01 Februari 2015
Tepian Barat Yogyakarta

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun