Ini bukanlah kisah tentang sang waktu
Juga bukan narasi tentang nasihat orang tua ataupun guruÂ
Ya, hanya tentang dialektika seseorang
Yang dulu bobrok kini punya peluang mengubah hidupnya.
.
Kini waktu menjadi sebuah narasi.
Yang didalmnya manusia menjadi hamba
Dan diarahakan menjadi narasi seragam
Dengan sedemikiannya agenda.
.
Waktu itu senja telah tiba
Dengan gelapnya yang menjadi tanda
Bahwa sang fajar sudah waktunya pulang
"Mungkin ini sudah waktunya." Ucapku.
.
Kala itu, kupikir waktu yang tepat
Untuk ku berdialog dengan sang senja
Mencari jawaban atas rumusan yang ku temukan  Â
Yang ternyata ia membisu dan menutup telinganya.
.
Esoknya kucoba bertanya pada sang subuh
Namun ia hanya duduk diam mendengarkan
Tanpa memberikan sebuah jawaban.
.
Apakah ini sebuah retorika belaka
Yang jawabanya entah kemana,
Kupikir tidak demikian.
.
Kucoba bertanya lagi dengan sang senja
Kini ia mulai bosan sehingga terpaksa mendengarkan
Namun tetap tanpa memberikan jawaban.
.
Kucoba bertanya lagi dengan sang fajar
Dengan kondisi yang sama
Tanpa memberikan sebuah jawaban.
.
waktu itu muncul kebingungan
atas rumusan yang tak kunjung ada jawaban.
.
dengan segala kepayahan dan letihnya mencari jawaban,
munculah sebuah kompas yang menjadi arah pencarian
waktu itu ku teringat "tidakkah engkau memikirkannya"
ya, kenapa ku tidak bertanya pada sang akal.
.
Kucoba tuk berdialog dengan sang akal
ternyata ia selalu menjawab rumusan yang ada.
.
yups... yang akhirnya hidupkan spirit syahadatku,
hidupkan kembali rasionalku
Yang kembalikan semangatku tuk mencari kebenaran
Dan menjadikanku miliki peluang tuk menuju perubahan.
.
Ingin sekali kutegaskan bahwa ini bukan kisah tentang sang waktuÂ
Ini bukan tentang sebuah narasi ataupun novel nasihat
Ya... ini hanyalah dialektika
Antara aku dan Waktu.