Mohon tunggu...
Mawan Sastra
Mawan Sastra Mohon Tunggu... Koki - Koki Nasi Goreng

penggemar fanatik Liverpool sekaligus penggemar berat Raisa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kucing yang Cemburu pada Raisa

24 April 2020   10:41 Diperbarui: 24 April 2020   11:02 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Pada kenyataannya manusia adalah penggemar manusia yang lain. Saya belum pernah melihat seseorang yang begitu fanatik menggemari, selain dia kepada Raisa. Suatu hari, dia mendatangkan pelukis di kediamannya hanya untuk menggambar Raisa di dinding kamarnya berukuran besar. Serta masih banyak posterposter lainnya yang dipesan di percetakan hanya untuk meramaikan kamarnya.

"Itu belum seberapa, penampilan kesehariannya pun tak jauhjauh dari Raisa. Baju kaos yang senantiasa melekat di badannya, jika bukan gambar Raisa hadir di sana, minimal tulisan nama Raisa. Menjelang tidurnya, senantiasa lagulagu Raisa mengalun indah mengantarnya ke pusaran mimpi. Setiap kebersamaan saya dengannya, dia tidak pernah bosan menyebut nama Raisa. Makanya saya katakan dia begitu fanatik, hingga saya muak," jelasnya, "Tetapi saya tidak berani mengaitkan semua itu dengan kematiannya. Toh, dia mati diserang kucingnya."

Dia masih melanjutkan perkataannya, aku mendengarkannya dengan seksama, "Datanglah pada saya di hari itu, dia amatlah sedih. Sebelum dia menjelaskan, sudah saya tahu apa gerangan yang membuatnya seperti itu. Sempat saya menyaksikan tayangan infotainmen. Diberitakan Raisa menikah dengan kekasihnya. Pertemuan kami berikutnya selalu memperdengarkan saya bagaimana perasaannya yang terluka akibat ditinggal nikah idolanya. Terus terang saja saya mulai muak. Tanpa berpikir panjang lagi, saya menegaskan padanya untuk mengakhiri hubungan kami.

"Itu keputusan yang keliru, saya menyesali. Hanya selang beberapa minggu, saya mendengar kabar kematiannya. Saya masih sangat mencintainya. Dia pun mencintai saya, tapi rasanya dia lebih mencintai idolanya," dia menghentikan ucapannya. Aku melihat matanya berkacakaca.

Pertemuan itu, aku jadi tahu bahwa lelaki itu memiliki persamaan denganku, yakni mengidolakan Raisa. Entah kenapa mendengar penjelasannya panjang lebar, aku belum puas. Seolah masih banyak tentang lelaki itu yang perlu aku tahu. Aku bertanyatanya pada diriku sendiri, ada apa denganku? Mengapa aku begitu tertarik mencari tahu tentangnya? Padahal dia bukanlah siapasiapa bagiku.

Pada malam ini aku kembali berkunjung. "Kata orangorang di rumahnya, sejak mendiang dimakamkan, kucing itu tidak pernah menampakkan diri lagi." Kami masih di taman depan rumah. Bedanya kali ini kami saling menikmati rokok beserta minum bir. "Saya juga mendengar begitu, sayang sekali saya tidak tahu menahu kucing itu. Andai saja dia menampakkan diri di hadapan saya. Akan mati dia di tangan saya." Aku melihat dia tidak sedang main-main dengan perkataannya. Memang ada dendam dalam dirinya terhadap kucing itu. Kami terus melanjutkan obrolan. Sampai pandanganku terasa berat. Bir yang kuteguk sudah memberikan efek padaku. Sampai aku tidak mengingat apaapa lagi.
Rangsangan matahari pagi terasa olehku. Aku melihat perempuan itu berbaring di atasku. 

Pantas saja kurasakan ada beban berat. Kami masih di taman, minuman sialan itu membuat kami tidak sadar. Aku membangunkannya. Saat matanya terbuka, dia tampak terkejut. "Astaga kita benar-benar keterlaluan, tidak mengingat apa-apa," katanya memperbaiki rambutnya yang sedikit kusut. "Saya tidak punya waktu banyak untuk pagi ini. Saya harus pulang, sejam lagi saya harus berada di kantor," kataku. "Saya harap Anda berkenan datang dikesempatan yang lain. Anda sangat menyenangkan. Dan saya bermimpi kita bersetubuh," aku membaca keterusterangan darinya. "Kapan pun Anda menginginkan mimpi itu terwujud, hubungi saya saja," kataku menggodanya. Dia hanya tersenyum.

Di depan pintu kamar tempat tinggalku, kekasihku telah menunggu di sana. Dia memasang tatapan datar, aku jadi dibuat tidak enak. Segera mungkin pikiranku sibuk mencari alasan, apabila dia bertanyatanya. Aku langsung memeluknya dan menciumnya di depan pintu. Kugandeng tangannya memasuki kamar. "Saya mencium mulutmu bau alkohol," itu yang pertama kali dia katakan.

"Oh, semalam saya menginap di rumah kawan, dia ulang tahun. Kami minumminum," alasanku padanya.

Dia lalu menimpali, "Dan saya cium ada parfum perempuan melekat pada pakaianmu." Aku tibatiba teringat ketika aku bangun, perempuan itu tidur di atas tubuhku. Aku tidak bisa langsung menjawabnya.

"Tenang saja, saya tidak akan membunuhmu kalaupun semalam kau tidur dengan perempuan lain," kata kekasihku, "Akan tetapi kau harus mati," dia menjeda sesaat, "Karena kau adalah penggemar Raisa. Dan, saya benci laki-laki yang begitu menggemari Raisa. Tibatiba kulihat kedua bola matanya berubah, kuperhatikan ujung jarijarinya muncul cakar, dan bulubulu di sekujur tubuhnya, "Sayalah yang membunuh lelaki itu. Seekor kucing yang cemburu pada Raisa."***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun