Mohon tunggu...
Mawan Sastra
Mawan Sastra Mohon Tunggu... Koki - Koki Nasi Goreng

penggemar fanatik Liverpool sekaligus penggemar berat Raisa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kucing yang Cemburu pada Raisa

24 April 2020   10:41 Diperbarui: 24 April 2020   11:02 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Anggap saja saya seekor kucing yang Anda cari. Duduklah di samping saya. Saya mau curhat!" Walaupun raguragu tetapi aku tetap memenuhi seruannya. Aneh menurutku, kami masih saling asing, pertemuan perdana. Tetapi dia sudah mempercayakan aku sebagai pendengar curahan hatinya.

Aku jadi tahu mengapa dia menangis, tak lain ditinggal pergi oleh kekasihnya. Makanya tampak bersedih. "Saya tidak bisa hidup tanpa seorang kekasih, dan sekarang saya tidak memiliki kekasih lagi, lebih baik saya mati saja," katanya mengeluarkan belati dari dalam tasnya. Mata belati itu dia hadapkan pada bagian perutnya.

Aku panik, tidak mungkin kubiarkan dia membunuh dirinya sendiri, kuserukan padanya untuk menurunkan belati itu. "Saya bersedia menjadi kekasih Anda. Anda jangan bunuh diri, itu bukanlah solusi untuk menyelesaikan permasalahan hidup," saat aku mengatakan kalimat demikian barulah dia menurunkan belatinya. Dan aku tidak mungkin menarik katakata yang terlanjur kuucapkan.

Pada akhirnya kami menjadi sepasang kekasih. Sungguh tidak pernah kurencanakan sebelumnya. Akan tetapi aku senang punya kekasih sepertinya, menghadirkan warna sendiri dalam hidupku. Aku sudah mewantiwanti setelah rasa penasaranku terpuaskan mengenai kematian lelaki itu, aku mau lebih fokus padanya. Harus kuakui aku belum bisa mencintainya. Cinta tidak hadir setergesagesa itu.

Sabtu sore yang kutunggu telah benarbenar tiba. Begitu pulang dari kantor, aku langsung memacu sepeda motorku menuju pemakaman. Kudapati sosok perempuan menangis tersedusedu. Dia mengenakan pakaian serba hitam, menandakan dia masih berduka. Tangannya mengusap batu nisan lelaki itu, disertai isak tangis. Aku mengambil posisi duduk di sampingnya, kusentuh pundaknya. Dia agak terkejut, memperbaiki posisi, menatapku.

"Saya mengetahui tentang Anda dari pemilik toko pernakpernik kucing, adapun keberadaan Anda setiap Sabtu sore di sini, saya mengetahuinya dari seorang pembantu di rumah mendiang," aku berterus terang, "Saya perlu mengetahui tentang mendiang. Saya kira Anda cukup mengenalnya."
Beruntung dia ramah padaku, "Sepertinya saya tidak bisa melakukannya sekarang. Kecuali malam nanti, Anda mau datang menemui saya?"

"Di mana saya harus bertemu dengan Anda?" aku antusias bertanya.

"Anda saja yang menentukan!" Mendengar itu aku langsung berpikir sejenak, lalu kusebut tempat yang terlintas di benakku. Dia memberitahu alamat rumahnya. Kami juga menyepakati waktu pertemuan kami. Setelah itu, tidak ada basabasi lagi. Dia melanjutkan sedihsedihnya, aku segera mungkin meninggalkannya. Sesekali aku memalingkan wajah padanya saat perjalanan keluar gerbang pemakaman.  

Tepat jam sembilan malam aku sampai di kediamannya. Ada sebuah bangku panjang di halaman depan rumahnya di sanalah kami duduk, sekitarannya diterangi pencahayaan yang cukup. Malam sangat bersahabat untuk kami melangsungkan obrolan. Bunga dan tanaman hias lainnya meramaikan taman, sedang berdamai dengan malam.

"Dia penggemar Raisa. Solois berbakat di negeri ini," begitu katanya, "Karena kefanatikan itulah membuat saya jemu bersamanya. Hari itu saya membuat keputusan mengejutkannya mengakhiri hubungan kami yang baru berjalan delapan bulan. Keputusan yang betulbetul sangat saya sesali sampai sekarang."

Dia masih ingin melanjutkan perkataannya tetapi terlebih dahulu aku menyelanya, "Tunggu dulu! Anda bilang dia penggemar Raisa," kataku, "Apakah semua itu ada kaitannya dengan kematiannya?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun