Mohon tunggu...
KUNTJOJO
KUNTJOJO Mohon Tunggu... Lainnya - Saya menikmati menulis karena saya senang bisa mengekspresikan diri dan ide-ide saya.

"Menulis sesuatu yang layak dibaca atau melakukan sesuatu yang layak ditulis."

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori Belajar Konstruktivisme

4 Januari 2023   08:00 Diperbarui: 4 Januari 2023   08:01 1842
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

D. Penerapan Teori Belajar Konstruktivisme dalam Proses Belajar dan Pembelajaran 

Peran guru dalam kelas konstruktivis tidak terbatas untuk memberikan ceramah kepada siswa tetapi untuk bertindak sebagai ahli pembelajaran yang dapat membimbing siswa untuk mengadopsi strategi kognitif seperti tes diri, mengartikulasikan pemahaman, mengajukan pertanyaan menyelidik, dan refleksi. Peran guru dalam kelas konstruktivis adalah untuk mengatur informasi seputar ide-ide besar yang menarik minat siswa, untuk membantu siswa dalam mengembangkan wawasan baru, dan menghubungkannya dengan hasil belajar sebelumnya.

Berkenaan dengan peran guru dalam kelas konstruktivis sosial, Akpan dan koleganya (2020: 53) menyatakan bahwa konstruktivisme sosial memberikan kepercayaan pada pedagogi instruksional dengan mendefinisikan peran guru dalam proses pembelajaran dan ini menyiratkan bahwa guru harus mengadopsi metode pembelajaran sebagai berikut.

  • Berpusat pada siswa. Siswa didorong untuk terlibat secara aktif dalam proses belajar mereka sendiri. Mereka diperbolehkan untuk mengemukakan ide, pertanyaan, definisi dan seterusnya.
  • Bersifat kolaboratif, dalam arti menekankan proses belajar melalui interaksi sosial. Hal ini dilakukan dengan membuat siswa bekerja dalam kelompok untuk memecahkan masalah, menyelidiki dan mengeksplorasi topik/situasi untuk sampai pada kesimpulan. Dengan demikian mereka menemukan atau membangun pengetahuan sendiri
  • Guru sebagai fasilitator . Dalam kelas konstruktivis sosial, belajar kolaboratif adalah proses interaksi teman sebaya yang dimediasi dan diatur oleh guru. Diskusi dapat dilakukan  dengan penyajian konsep-konsep tertentu, masalah atau skenario, dan dipandu melalui pertanyaan yang diarahkan secara efektif, pengenalan dan klarifikasi konsep dan informasi, dan referensi ke materi yang dipelajari sebelumnya. Peran guru di kelas konstruktivis adalah:  (1) menunjukkan kepada siswa bagaimana membangun pengetahuan, (2) memonitor proses belajar dan pembelajaran secara efektif, (3) mempromosikan kolaborasi untuk berbagi berbagai perspektif, (4) mempromosikan eksplorasi diri dan penyelidikan, dan (5) merancang pengalaman otentik (Instructional Coaches Corner, 2022).
  • Project-based learning (PBL) dan work-based learning (WBL) adalah dua contoh proses proses belajar dan pembelajaran yang erlangsung dalam pengaturan berbasis konstruktif. PBL dan WBL keduanya didasarkan pada belajar inkuiri di mana siswa membangun pertanyaan esensial (menarik) mereka sendiri untuk diselidiki. PBL dan WBL dianggap sebagai pendekatan konstruktif karena keduanya menekankan belajar kolaboratif dan mandiri sambil didukung oleh seorang fasilitator.
  • Dalam kelas konstruktivistik, pembelajar dihadapkan pada suatu masalah, terlibat dalam diskusi kelompok, berpartisipasi dalam kolaborasi dengan teman sebaya, mengaktifkan pengetahuan sebelumnya, dan membangun pertanyaan esensial berbasis inkuiri berdasarkan masalah yang akan mereka selidiki (Instructional Coaches Corner, 2022). Setelah kolaborasi awal, siswa bekerja secara mandiri dalam studi mandiri untuk meneliti masalah yang diidentifikasi. Siswa menerima umpan balik yang konsisten serta pembelajaran tepat waktu dari fasilitator berdasarkan kebutuhan mereka dalam proses inkuiri. Para siswa kemudian mendiskusikan temuan mereka untuk menyempurnakan pemikiran mereka berdasarkan apa yang telah mereka pelajari.

Menjadi seorang guru konstruktivis mungkin tidak mudah, karena bersedia masuk ke zona tidak nyaman, dan bersedia mengadopsi paradigma baru, dan siap untuk belajar lagi. Dalam pembelajaran konstruktivis, menurut Gagne, fungsi guru adalah mengatur kondisi belajar sedemikian rupa sehingga siswa akan mempelajari apa yang dimaksudkan (Bhattacharjee (2015: 70). Merancang kegiatan yang sesuai membutuhkan perencanaan yang matang dan membutuhkan pula waktu persiapan. Menemukan contoh dan masalah yang sesuai dengan tujuan pembelajaran akan menuntun siswa ke hasil belajar yang diharapkan, dan pekerjaan membutuhkan banyak kerja keras yang menyita waktu.

Pembelajaran konstruktivis biasanya dimulai dengan pertanyaan, kasus, atau masalah. Dalam sesi konstruktivis yang khas, saat siswa memecahkan masalah, guru hanya mengintervensi sesuai kebutuhan untuk membimbing siswa ke arah yang sesuai. Pada dasarnya, peran guru dalam kelas konstruktivistik adalah mempresentasikan masalah dan membiarkan siswa bekerja memecahkannya.

Banyak pendidik dan psikolog kognitif telah menerapkan konstruktivisme pada perkembangan lingkungan belajar. Berkenaan dengan hal tersebut, Windschitl seperti dikuitip oleh Woolfolk (2016: 404-405) menyarankan bahwa kegiatan berikut mendorong pembelajaran yang bermakna.

  • Guru mengidentifikasi ide-ide dan pengalaman siswa dalam kaitannya dengan topik utama, kemudian merancang situasi pembelajaran yang membantu siswa menguraikan atau menyusun kembali pengetahuan mereka saat ini.
  • Siswa sering diberi kesempatan untuk terlibat dalam kegiatan yang kompleks, bermakna, dan berbasis masalah.
  • Guru memberi siswa berbagai sumber informasi serta alat (teknologi dan konseptual) yang diperlukan untuk memediasi proses belajar.
  • Siswa bekerja secara kolaboratif dan diberi dukungan untuk terlibat dalam dialog berorientasi tugas satu sama lain.
  • Guru mengembangkan proses berpikir dan diperuntukkan siswa dan mendorong mereka untuk melakukan hal yang sama melalui dialog, menulis, menggambar, atau representasi lainnya.
  • Siswa secara rutin diminta untuk menerapkan pengetahuan dalam konteks yang beragam dan otentik, menjelaskan ide, menafsirkan teks, memprediksi fenomena, dan membangun argumen berdasarkan bukti, daripada fokus secara eksklusif pada perolehan "jawaban benar" yang telah ditentukan sebelumnya.
  • Guru mendorong pemikiran reflektif dan otonom siswa sehubungan dengan kondisi yang tercantum di atas.
  • Guru menerapkan berbagai strategi penilaian untuk memahami bagaimana ide siswa berkembang dan untuk memberikan umpan balik tentang proses serta produk dari pemikiran mereka.

Daftar Pustaka

Akpan, V.I. et al. (2020). Social Constructivism: Implications On Teaching And Learning. British Journal of Education Vol.8, Issue 8, pp.49-56, September 2020.

Bhattacharjee, J. (2015). Constructivist Approach to Learning--An Effective Approach of Teaching Learning. International Research Journal of Interdisciplinary & Multidisciplinary Studies (IRJIMS) Volume-I, Issue VI, July 2015, Page No. 65-74.

Hodgson, C.(Editor) (2017). Educational Psychology: Theory and Practice. New York: Library Press.

Instructional Coaches Corner. (2022). Constructivism. Tersedia pada: https://www.instructionalcoaches.com/portfolio/constructivism/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun