Mohon tunggu...
Jojo Simatupang
Jojo Simatupang Mohon Tunggu... Guru - Sarjana Pendidikan | Guru | Penulis

Menjadi manfaat bagi banyak orang dan menjadi lebih baik setiap harinya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kendala Bahasa Jadi Faktor Anak Kurang Berprestasi

26 November 2022   17:38 Diperbarui: 26 November 2022   17:44 743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
SMP Katolik Santo Paulus, Sunter, Jakarta Utara. Dokpri

Hal ini berbalik di sekolah-sekolah swasta di Jabodetabek. Dalam pertemuan guru-guru bahasa Indonesia, acap kali disampaikan bahwa anak-anak masa sekarang ini minim sekali kosa kata bahasa Indonesia. Sehingga membuat guru bahasa Indonesia cukup kewalahan menangani anak-anak seperti itu. 

Dalam kasus pelajaran bahasa Indonesia di tingkat SMP Santo Paulus contohnya, sebagian anak-anak tidak tahu kata badak, menyusuri, damba, jerapah, melambai, dan lain-lain. 

Hal ini juga tersampaikan di tengah-tengah para pendidik SMP swasta lainnya yang tergabung dalam MPK (Majelis Pendidikan Katolik) Jakarta. Hal ini ternyata dialami juga oleh pendidik-pendidik bahasa Indonesia lainnya.

Kendala bahasa seperti ini disebabkan karena orang tua yang begitu bangga dengan bahasa asing tersebut, kemudian bahasa sehari-hari yang digunakan di rumah/keluarga adalah bahasa asing, pengaruh media sosial yang menuntut anak terbawa dalam dunia media sosial berisikan bahasa asing, hingga pengaruh sekolah-sekolah bilingual/internasional.

Contohnya seorang anak perempuan berinisial 'N' yang lahir dan besar di Indonesia. Ia lebih fasih berbahasa Inggris dari pada berbahasa Indonesia dalam kesehariannya. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, sering kali ia remidial. Bukan karena ia kurang cerdas, namun karena dasarnya ia tidak tahu artinya, sehingga kata-kata yang tidak ia tahu itu menjadi missing word (kata yang hilang) bagi dirinya.

Contoh lain adalah anak perempuan berinisial 'S' yang lahir di Indonesia, tepatnya Sulawesi, kemudian SMP pindah ke Filipina hanya selama setahun, namun bahasa Indonesia baginya menjadi asing. Selain karena lingkungannya yang sempat bebahasa Inggris, faktor orang tua yang berkomunikasi dengan bahasa Inggris membuatnya semakin enggan bebahasa Indonesia. 

Apa lagi selama setahun juga ia SMA di Amerika Serikat yang membuatnya semakin mahir berbahasa Indonesia. Kultur yang tertanam sudah seperti orang Amerika, baik dalam berbahasa, berbusana, hingga bertingkah laku. Ketika pulang ke Indonesia, ia pun tidak dapat sekolah di sekolah reguler, karena hal ini akan 'menyiksa' dirinya karena semakin banyak missing word. 

Meskipun demikian, ia tetap mampu menanggapi atau menjawab tuturan bahasa Indonesia lawan bicara, walaupun masih menjawabnya dalam bahasa Inggris.

Kemudian kejadian yang dialami di anak laki-laki berinisial 'C' yang lahir dan besar di Indonesia, namun selama SD sekolah di sebuah sekolah yang menggunakan kurikulum internasional. Karena pandemi, ekonomi orang tuanya terguncang sehingga membuat orang tuanya harus menyekolahkan putra mereka ke sekolah reguler nasional. 

Naasnya, ketika dalam PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) di sebuah SMP di Jakarta, ia tidak bisa mengulangi apa yang dikatakan oleh panitia penerimaan peserta didik baru tersebut.

Untuk nilai rapornya memang bagus, kecuali di bahasa Indonesianya. Panitia tersebut melihat hasil PPDBnya yang kurang memuaskan, mencoba membantu anak tersebut untuk dapat bersekolah, apa lagi orang tuanya telah mengutarakan permasalahannya. Sehingga panitia meminta anak tersebut mengulangi kata "Perkenalkan, nama saya (sebutkan namamu), saya berasal dari (sebutkan kota tempat tinggalmu). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun